Bisnis.com, JAKARTA - Kepedulian terhadap pengungsi Gunung Rokatenda membuat perancang mode Kanaya Tabitha terdorong untuk berkreasi dengan kain tenun khas Nusa Tenggara Timur dalam koleksi Gloaming (Suara dari Timur).
Koleksi tersebut ditampilkan dalam Trend Show Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) 2015 sekaligus Bazaar Fashion Festival (BFF) 2014.
Material utama yang digunakan dalam koleksi Gloaming adalah kain tenun khas Nusa Tenggara Timur. Istimewanya, kain tenun tersebut dikerjakan oleh tangan wanita-wanita pengungsi Gunung Rokatenda yang terdapat di Pulau Flores, NTT.
"Ada tenun Manggarai, tenun Enda, dan tenun Timor. Ini koleksi ready-to-wear deluxe," ujar Kanaya, Kamis (23/10/2014).
Dalam koleksi ini, Kanaya memadankan kain tenun Timor dengan bahan satin. Palet warna tenun yang cenderung gelap dipadankan secara kontras dengan bahan satin berwarna mencolok, seperti kuning dan ungu.
Mayoritas busana yang ditampilkan berupa gaun pendek, serta atasan dan bawahan. Unsur geometris muncul pada potongan Gloaming, seperti pada gaun pendek one shoulder, rok sedengkul bergaris runcing, celana hitam 7/8 dengan aksen tenun, dan rok berpotongan asimetris.
Material satin digunakan sebagai outline yang membingkai kain tenun NTT. Selain itu, Kanaya juga menampilkan rancangan dramatis dengan menggunakan structural cage semi transparan bergaris A-line yang membungkus gaun pendek tenun NTT.
Kanaya menambahkan koleksi ini merepresentasikan keriangan anak-anak Timur dan harapan agar tanah mereka tidak lagi gersang. Serta harapan bahwa tanah Timur adalah tanah harapan.
