Bisnis.com, JAKARTA--Menyediakan desain rumah ideal di pemukiman padat penduduk seperti Jakartamenjadi tantangan tersendiri bagi para arsitek belakangan kini. Terbatasnya lahan yang tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang kian meningkat membuat arsitek harus bekerja ekstra keras untuk membuat desain rumah yang terjangkau bagi siapa saja.
Daliana Suryawinata, seorang arsitek Indonesia yang menetap di Belanda, menawarkan sebuah gagasan desain bertajuk Jakarta Vertical Kampung. Pada prinsipnya, desain Jakarta Vertical Kampung mirip dengan rumah susun (rusun), namun yang membedakan adalah adanya ruang-ruang publik yang bisa menjadi pusat aktivitas penduduk di vertical kampung tersebut.
“Vertical kampung ini adalah sebuah desain bangunan yang berbeda. Jakarta telah menjadi ruang eksperimental dalam proses kreatif saya,” ujar Daliana Suryawinata pada seminar Jakarta on The Move! di Erasmus Huis, beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut, dia menjelaskan desain vertical kampung berorientasi pada komunitas, cuaca dan aktivitas ekonomi. Karenanya, penting untuk menyediakan banyak lahan terbuka yang bisa menjadi ruang interaksi masyarakat seperti lapangan, ruang seni pertunjukan, taman, hingga pasar di dalamnya. Ruang publik inilah yang akan membuat desain kontemporer ini tidak kehilangan nuansa guyub khas kampung tradisional.
Dalam workshop desain Jakarta Vertical Kampung yang digagas oleh Erasmus Huis ini, Daliana melibatkan setidaknya 12 arsitek muda Indonesia. Mereka melakukan penggalian ide desain vertical kampung di enam lokasi yang berbeda diJakarta, seperti Kampung Nagrag, Penggilingan,Penjaringan, Rorotan, Cibesut, dan Semanan.
Salah satu desain yang menarik perhatian adalah Sustainable Vertical KampungSemanan yang digagas oleh arsitek muda seperti Danny Jethani, Tri Handoko, Bintang Chairul Putra, Tirta Saraswati dan Zahrul Basimah. Mereka menggunakan pendekatan dan pemetaan sosial dalam membuat desain, sehingga desain verticalkampung yang dibuat tetap mempertahankan karakteristik dan ciri khas kampungtersebut.
Karakter Kampung Semanan sebagai penghasil tempe yang masih banyak terdapat area persawahan diwujudkan melalui konsep community based tempe tourism.Lahan publik disediakan bagi penduduk kampung yang menggantungkan hidupnya dengan menjual tempe. Area tersebut juga bisa diberdayakan menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat umum.
Hijaunya area persawahan Semanan juga ditafsirkan melalui desain agriculturevertical farming. Konsep ini membuat gedung vertical kampung terlihat kehijauan dari jauh, dipenuhi dengan tumbuhan merambat yang indah. Melalui konsep ini, para arsitek menawarkan solusi agar penduduk kampung tetap mempertahankan tradisi berkebun meski dalam lahan yang sempit.
Meski baru berupa desain, sosiolog Imam B. Prasodjo menyambut baik gagasanJakarta Vertical Kampung. Menurutnya, desain ini harus mampu memenuhi piramida kebutuhan manusia terlebih dahulu jika ingin diterapkan ke dalam sebuah bangunan fisik. Piramida kebutuhan tersebut mencakup peluang, kebutuhan dasar, kepemimpinan, nilai-nilai hidup dan estetika.
“Jakarta Vertical Kampung ini adalah usaha ketika para arsitek berusaha membuat desain yang membahagiakan penduduk,” ujarnya.