Fuad Baradja/Antara
Entertainment

Kisah Fuad Baradja, Dari Artis Jadi Terapis Ketergantungan Rokok

News Editor
Rabu, 24 Desember 2014 - 15:08
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Lama tak terdengar kabarnya di dunia hiburan, aktor Fuad Baradja aktif menjadi terapis menghilangkan ketergantungan terhadap rokok.

Dia mengatakan awal mula dia menjadi terapis karena membaca sebuah artikel di surat kabar yang menyatakan penerimaan cukai tembakau mencapai Rp3,5 triliun, sementara biaya kesehatan untuk mengobati penyakit akibat rokok mencapai tiga hingga empat kali lipatnya.


Selanjutnya, dia mulai mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai pengendalian tembakau.
"Lalu saya sadar, permasalahan rokok itu bukan hanya sekadar masalah jantung. Masalah rokok dan segala penyakit yang ditimbulkannya adalah masalah bangsa ini," katanya.

Sebenarnya, rokok bukanlah sesuatu yang asing bagi Fuad. Sebab, dia sendiri sebelumnya juga seorang perokok. Namun, kebiasaan merokok itu sudah sejak lama dia tinggalkan.

"Penyebab orang berhenti merokok itu ada tiga, karena kemauan sendiri, karena sakit dan terakhir mati. Saya berhenti merokok karena pernah sakit," kisahnya.

Saat itu, pada 1991, Fuad terkena penyakit batuk. Sudah meminum obat, batuknya tak kunjung sembuh. Hingga dia akhirnya dia memutuskan untuk pergi berobat ke dokter.

Oleh dokter dia diberikan obat batuk. Satu minggu kemudian, ketika obatnya habis, batuknya belum juga berhenti. Dia lalu pergi ke dokter yang sama dan kembali mendapatkan obat. Satu minggu kemudian ketika obatnya habis, batuknya tak juga kunjung sembuh.

Dokter lalu menyarankan Fuad untuk berhenti merokok. Meskipun tidak yakin dengan saran dokter itu, Fuad akhirnya mencoba untuk tidak merokok.

Dengan berbekal informasi dan pengetahuan, Fuad lalu memberanikan diri untuk mengampanyekan pengendalian tembakau. Sasaran awalnya adalah anak-anak sekolah yang ada di sekitar rumahnya.

"Saya pikir anak-anak SD itu perlu mendapat informasi yang benar tentang tembakau. Jangan sampai mereka menjadi perokok-perokok baru," katanya.

"Setiap kali saya kampanye, selalu ditanya oleh para perokok apakah bisa membantu mereka berhenti merokok. Banyak dari mereka yang ingin berhenti tetapi kesulitan. Namun, saat itu saya belum bisa membantu," tuturnya.

Hingga pada 2009, dia mendapat informasi melalui "mailing list" dari seorang temannya, yang bercerita mengikuti terapi untuk berhenti merokok. Awalnya Fuad tidak percaya metode itu akan membuat perokok bisa menghilangkan ketergantungannya terhadap rokok. Namun, dia melihat sendiri, seorang perokok setelah diterapi akan merasakan pahit di mulutnya saat merokok.

Dengan terapi yang bernama Spiritual Emotional Freedom Technic (SEFT), maka tubuh perokok akan dikembalikan seperti semula, sebelum terkontaminasi dengan nikotin. Karena itu, efek yang muncul adalah rasa pahit saat merokok.



Setelah mencoba memberikan terapi kepada beberapa orang dan berhasil, Fuad kemudian memelajari terapi SEFT secara lebih dalam dan membuka praktik terapi.

"Dasar dari terapi ini adalah Emotional Freedom Technic atau EFT yang sudah dikenal di Amerika. Teknik ini kemudian dikembangkan di Indonesia oleh Ahmad Faiz Zainuddin menjadi SEFT," kata anggota Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Komisi Nasional Pengendalian Tembakau itu.

Dalam memberikan terapi kepada pasiennya, Fuad pertama kali memberikan pemahaman tentang rokok dan bahayanya. Dengan rokok yang dibawa pasien, Fuad akan mengisap asapnya kemudian dihembuskan ke selembar tisu. Efeknya, tisu yang terkena asap rokok akan berwarna coklat.

Kemudian sekali lagi dia menghisap asap rokok, tetapi kali ini dihembuskan ke tisu dengan sebuah sedotan. Hasilnya, karena lebih terfokus, tisu menjadi berwarna kehitaman seperti terbakar.

"Saya beri pemahaman bahwa itulah yang masuk ke tubuh perokok. Dengan gambar-gambar peraga, saya jelaskan efeknya ke tubuh secara lebih detail. Dialog ini sekaligus untuk memperkuat motivasi pasien untuk berhenti merokok," tuturnya.

Setelah itu, barulah Fuad memberikan terapi kepada pasiennya. Sambil merokok, pasien diterapi. Lama kelamaan, rokok akan terasa pahit di mulut pasien. Beberapa pasien bahkan sampai muntah karena tidak tahan dengan asap rokok yang biasa dia hisap.

Fuad mengatakan ketergantungan seseorang terhadap rokok dimulai saat dia mulai pertama kali mencoba untuk merokok. Asap rokok yang mengandung nikotin, saat dihirup akan masuk ke paru kemudian ke aliran darah melalui alveoli. Melalui darah, nikotin dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh termasuk ke otak.

"Hanya 10 detik sejak seseorang merokok, nikotin sudah sampai di otaknya. Nikotin di otak akan mengaktifkan zat dopamin sehingga orang merasa puas, kenyang dan bahagia. Karena itu, perokok biasanya lebih tahan tidak makan daripada tidak merokok," katanya.

Penulis : News Editor
Sumber : Antara
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro