Bisnis.com, JAKARTA - Ketika memasuki usia lanjut usia, seseorang akan semakin lemah dan rentan terhadap serangan penyakit, seiring menurunnya fungsi organ serta sistem imun dalam tubuh.
Terkait hal tersebut, salah satu penyakit yang harus diwaspadai bagi lansia adalah terjangkit herpes zoster yang disebabkan virus varicella-zoster.
Menurut Lukman Edwar, Konsultan Infeksi Imunologi Departemen Mata FKUI-RSCM, herpes zoster adalah bentuk infeksi pada bagian-bagian badan tertentu. Rata-rata hanya salah satu bagian tubuh, yang kemudian menimbulkan gejala lain yang membahayakan.
Herpes zoster, dari segala kasus yang diteliti, ternyata bisa mengenai bagian mata dan disebut Herpes Zoster Oftalmika (HZO).
"Penyakit ini hanya menyerang lansia yang memang memiliki daya imun rendah dan mereka yang pernah terserang cacar air sebelumnya," ujarnya, pada seminar "Waspada Herpes Zoster pada Mata" yang diselenggarakan oleh Merck Sharp & Dhome, belum lama ini.
Menurutnya risiko terkena herpes zoster meningkat pada usai 50 tahun ke atas. Penyakit ini terjadi karena reaktivasi virus varicella-zoster yang sekian lama "tertidur" pasca terkena cacar air.
"Selain daya imunitas yang rendah, penderita gangguan imun (Immunosenesense) dan pengidap HIV juga bisa terkena penyakit ini," katanya.
Komplikasi pada mata akibat Herpes Zoster (HZ) atau HZ Ophtalmicus (HZO) akan mempengaruhi kualitas hidup pasien baik secara fisik maupun psikologis, mengingat mata merupakan salah satu panca indra yang penting untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Dia mengatakan dari keseluruhan angka kejadian HZ dengan komplikasi pada mata, dilaporkan sebanyak 50- 72% pasien mengalami hilangnya penglihatan dan gangguan mata berkelanjutan akibat komplikasi tersebut.
Data epidemiologi dari Kelompok Studi Herpes Zoster Indonesia di RS Kandou Universitas Sam Ratulangi Manado yang dikumpulkan sejak 2008-2013, mencatat kejadian HZ pada mata sebesar 17,41%.
Persentase ini merupakan yang kedua terbanyak sesudah HZ pada daerah dada. Angka kejadian antara mata kanan vs kiri adalah sama banyak. Hampir 2 kali lipat prevalensi terjadi pada wanita.
Sebanyak 83% kasus ini terjadi pada usia di atas 45 tahun dengan prevalensi tertinggi di usia 45-64 tahun (48%) dan di atas 65 tahun (35%).
Menurutnya gejala HZO biasanya diawali secara akut, timbul benjolan-benjolan kecil yang berisi cairan (vesikel) di sekitar mata satu sisi dan terkadang disertai demam, sakit kepala dan nyeri pada sisi yang terlibat.
"Benjolan kecil ini dapat membesar dan berubah menjadi keropeng (krusta) dan akan hilang sendiri dalam waktu 2 – 6 minggu," ujarnya.
Gambaran klinis yang dapat terjadi pada mata adalah bengkaknya kelopak mata karena peradangan (blefaritis), mata bisa terlihat merah dan berair bila melibatkan konjungtiva, pasien akan merasakan rasa silau serta akan terjadi gangguan penglihatan jika selaput bening mata (kornea) juga terlibat.
"Sangat jarang terjadi HZO mengenai jaringan di dalam mata, namun apabila terjadi maka harus segera mendapatkan pertolongan dokter mata," tuturnya.
Dalam keadaan yang ringan, gejala sisa dari keterlibatan kelopak dan konjungtiva adalah rasa tidak nyaman di mata, berair, mengganjal/berpasir.
Namun, apabila HZO melibatkan kornea (infeksi kornea/keratitis) dapat menimbulkan gejala sisa berupa parut yang berwarna putih sehingga pasien akan mengeluh silau atau ganggauan penglihatan. "Kebanyakan HZO dapat sembuh dan tidak meninggalkan gejala sisa bila diberikan terapi antivirus yang kuat dan tepat waktu," ujarnya.
Menurutnya, pemberian antivirus sangatlah diperlukan dalam keadaan akut untuk mengurangi gejala klinis ataupun gejala sisa.
Vaksinasi Lansia
Sementara itu menurut Siti Setiati, Ketua Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) mengemukakan bahwa proyeksi penduduk lanjut usia yang sangat cepat saat ini sedikit banyak mengubah komposisi penduduk dunia berdasarkan usia.
Terdapat sekitar 25 juta jumlah lansia di Indonesia dan kelompok ini berisiko terkena penyakit yang disebabkan virus dan beberapa mikroorganisme, antara lain influenza, pneumokokus, hepatitis A, tetanus, difteri, batuk rejan, dan juga herpes zoster.
"Penyakit-penyakit ini dapat dicegah dengan vaksinasi yang telah tersedia di Indonesia. Vaksinasi pada lansia dapat menurunkan angka kejadian, tingkat keparahan dan menurunkan angka kematian serta mengurangi beban dan biaya kesehatan yang ditimbulkan," tuturnya.
Namun demikian, masih sedikit mikroorganisme yang telah tersedia vaksinnya khususnya bagi lansia berusia 60 tahun ke atas. "Sayang sekali, hanya sebagian kecil dari populasi lansia yang sudah melakukan vaksinasi," ujarnya.
Menurutnya kurangnya kesadaran dan minimnya informasi tentang manfaat vaksinasi, serta masih kurangnya dukungan pemerintah pada vaksinasi lansia mengisyaratkan pentingnya untuk membuat sebuah gerakan untuk membangkitkan kesadaran akan vaksinasi pada lansia.
Suria Nataatmadja, Medical Affairs Director MSD Indonesia mengatakan komplikasi HZ pada mata akan menimbulkan beban yang berat bagi penderita dan keluarganya.
"Komitmen kami untuk terus menginformasikan pentingnya pencegahan HZ kepada masyarakat luas, sehingga makin banyak orang yang dapat melakukan pencegahan sejak dini," tutupnya.