Bisnis.com, JAKARTA- Meskipun teknologi informasi semakin lama semakin modern, tapi gaya vintage untuk urusan fashion masih tetap berkibar, termasuk kembali hadirnya pomade, atau minyak rambut ala 1950-an.
Pomade sendiri merupakan gel atau minyak rambut yang terbuat dari minyak atau lilin (wax) yang dapat membuat rambut terlihat lincin dan mengilap. Karena berdaya tahan lama sehingga perlu proses keramas atau mencuci rambut untuk menghilangkannya.
Meski demikian, pomade diklaim tidak membuat rambut menjadi keras seperti penggunaan gel, karena pomade tidak akan mengering, sehingga rambut bisa ditata ulang agar tetap rapi dan sesuai gaya.
Akhir-akhir ini, permintaan terhadap pomade dinilai terus meningkat, seiring dengan banyaknya orang yang menggunakan gaya rambut jadul di mana membutuhkan pomade untuk menyempurnakan tersebut.
Bagi yang jeli, hal itu tentu menjadi salah satu ceruk bisnis yang bisa dimanfaatkan para produsen pomade lokal. Apalagi, pada awalnya pomade yang beredar di masyarakat kebanyakan merupakan produk impor.
Salah satu produsen pomade rumahan yang memanfaatkan momentum tersebut adalah Dido Pinesti yang membuat pomade dengan merek Glimpze Pomade sejak tahun lalu.
Dido mengakui ide awal untuk menerjuni bisnis ini karena melihat tren anak muda yang banyak menggunakan pomade sebagai pelengkap gaya rambut undercut yang tengah digandrungi.
Saat mengawali pembuatan pomade rumahan ini, Dido membutuhkan modal sekitar Rp1 juta yang digunakan untuk membeli bahan baku seperti bee’s wax, petroleum, coconut oil, olive oil, dan essential oil, serta perlengkapan pengemasan.
Dido memaparkan, proses pembuatan pomade ini relatif sederhana, cukup mencampurkan seluruh bahan yang digunakan, kemudian dicairkan sehingga berbentuk seperti gel. Setelah itu dimasukkan ke dalam kemasan kaleng dan ditunggu hingga mengeras.
“Kami menggunakan bahan-bahan terbaik dan tidak menggunakan pewarna sintetis, sehingga lebih aman,” paparnya.
Dalam sepekan, dia dapat memproduksi Glimpze Pomade hingga 12 lusin atau 4 lusin untuk masing-masing varian yang disediakan, serta dapat memproduksi hingga 40 lusin dalam sebulan, yang dibantu oleh tiga orang tenaga kerja.
“Selama ini proses produksi dilakukan secara rutin, jika stok memang kurang, maka calon pembeli harus melakukan pemesan terlebih dulu,” katanya.
Adapun, Glimpze Pomade menyuguhkan tiga macam varian pomade, yakni pomade dengan jenis Light Hold yang beraroma tutty fruity, pomade Medium Hold dengan aroma bubble gum, dan pomade Strong Hold beraroma grape.
Dodi mematok harga jual untuk setiap pomade sebesar Rp65.000 per kaleng, atau Rp57.000 per kaleng untuk pembelian minimal satu lusin. Dari harga tersebut, keuntungan yang dapat diperoleh mencapai 20%.
Agar produknya dikenal, Dodi melakukan pemasaran dengan memanfatkan media sosial dan melakukan konsinyasi dengan beberapa tempat cukur atau barber shop.
“Kami juga sering mengikuti bazar dan kegiatan kewirausahaan lainnya,” paparnya.
Karena target pasar utama Glimpze Pomade adalah kalangan anak muda, maka Dodi sering melakukan promo dan memberikan harga khusus sehingga bisa terjangkau oleh pelajar atau pun mahasiswa.
Selama menjalani bisnis ini, Dodi mengatakan kendala utama berada pada masalah pengiriman. Karena sering mengirim produk ke luar kota melalui jasa ekspedisi, tak jarang ada kaleng kemasan yang penyok saat diterima pembeli.
“Kalau kemasan rusak, pembeli bisa meretur produknya untuk kami ganti baru, hal itu sebagai pelayanan bagi konsumen,” katanya.
Dodi melihat prospek bisnis pembuatan pomade rumahan saat ini masih cukup bagus untuk dikembangkan, karena belum banyak pomade lokal yang dikenal lebih baik dibandingkan dengan produk-produk impor. (Bisnis.com)