Bisnis.com, JAKARTA -- Hobi sebagaian kaum hawa membeli tas mewah dari luar negeri rupanya menjadi kegelisahan sekaligus peluang bisnis bagi Novita Dewi, pendiri House of Ende, produsen tas kulit premium bermotif etnik buatan tangan asal Indonesia.
Dia merasa gemas ketika melihat tas etnik Indonesia kalah saing dengan tas mewah asal luar negeri. Padahal, motif etnik Indonesia memiliki potensi besar untuk dikembangkan bila dikemas dengan baik.
“Awalnya saya melihat ada celah pasar karena melihat bagaimana madness atau kegilaan ibu-ibu terhadap tas, cuma sayangnya biasanya tas dari merk luar atau malah yang palsunya, tapi semua orientasinya ke Barat,” ujarnya.
Setelah survey pasar, dia menemukan beberapa produsen tas kulit Indonesia namun dengan kualitas yang belum maksimal.
Dari situlah dia bertekad memproduksi tas kulit etnik Indonesia dengan kualitas yang prima dan berkelas, sehingga para perempuan pengguna tas mewah asal luar negeri dapat beralih menggunakan tas etnik kreasinya tanpa harus merasa kehilangan pamor.
Oleh karena itu, Novita memilih sendiri bahan tasnya, rata-rata paduan 60% kain etnik dengan 40% kulit sapi berkualitas ekspor.
Sebagai penggemar tas mewah, tak sulit bagi Novita untuk mendesain sendiri tas kulit etniknya.
Dia hanya memodifikasi model-model tas mewah asal luar negeri, yang kemudian dipadukan dengan kain etnik dari Indonesia.
Simak saja koleksi tas cantiknya, dengan beragam model dan varian, mulai dari motif binatang hingga tumbuhan dan bunga.
Misalnya, model tas klasik berwarna hitam terlihat menawan ketika dipadukan dengan motif batik rangrang khas Bali.
Tas ini cocok dikenakan untuk acara formal seperti ke kantor atau rapat bisnis.
Jika ingin terlihat sedikit lebih berkilau, tas berwarna cokelat keemasan dengan hiasan kain ende Bali rasanya pas untuk dipakai.
Anda bisa memadukan dengan aksesoris lain seperti kalung atau gelang emas untuk tampilan yang lebih glamor.
Koleksi yang lainya pun tak kalah menarik. Beberapa di antaranya adalah tas dengan kombinasi kain tenun Bali bermotif gajah yang warna-warni, juga ada tas berwarna ungu cerah bermotif tenun Bima dengan model yang lebih dinamis dan atraktif.
Namun, dari semua koleksi tersebut, tas cokelat tua bermotif kain batik kopi tutung adalah primadonanya.
Pasalnya , kain batik tersebut termasuk kain antik yang diproduksi pada 1932 sehingga agak sulit mendapatkannya dari para kolektor batik.
Oleh karena itu, harganya pun paling mahal di antara koleksi lainnya, yakni Rp8,5 juta, lebih mahal dibandingkan koleksi lainnya yang berkisar antara Ro3,8 juta hingga Rp 5,9 juta.
Meski begitu, tas batik kopi tutung ini tetap menjadi koleksi unggulan yang diincar oleh pelanggan.
Jika Anda merasa kurang sreg dengan model tas yang ditawarkan, House of Ende juga menerima pesanan khusus (custom).
Anda tinggal konsultasikan model tas yang Anda inginkan ke gerai yang terdapat di daerah Prapanca dan Gandaria, Jakarta Selatan, pilih bahan sesuai keinginan, dan dalam rentang waktu dua minggu, Anda pun mendapatkan tas impian. Tertarik?