LAPSUS (4): Harus Ada Standardisasi Batu Mulia
Pemerhati batu mulia, Ahmad Budianto, 33, mengatakan batu akik harus memiliki standar agar tren bisa bertahan lebih lama. Hal itu harus melibatkan para gemologist [pakar atau peneliti batu mulia] untuk mewujudkan hal tersebut.
Ia berpendapat begitu setelah melihat fenomena di luar negeri yang memberlakukan standardisasi batu mulia. Beberapa batu mulia level tinggi seperti blue sapphire memiliki sertifikat yang menunjukkan kualitas dan nilai batu tersebut.
“Setiap batu itu sebenarnya spesifik, tidak ada yang sama. Harus ada standardisasi,” ujar warga Manahan, Solo itu kepada Espos, Rabu (11/2/2015).
Menurut Ahmad, harga batu tergantung kesukaan orang. Hal itu membuat harganya tidak stabil. Ini membuat dunia perbatuan mulia di Indonesia cenderung statis dan tak berkembang, padahal batu mulia atau akik dikenal masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun lalu.
Pemerhati batu mulia dari Sukoharjo yang enggan disebutkan namanya berpendapat sudah saatnya pemerintah campur tangan menstabilkan harga. Dia meyakini batu mulia adalah kekayaan bangsa yang luar biasa.
Campur tangan pemerintah itu bisa dengan membandingkan nilai emas pada masa lampau. Pada masa lalu, emas tak ubahnya batuan lain yang tak berharga.
Dengan adanya kesepakatan bersama, emas bisa menjadi alat tukar dan alat investasi. Emas bisa bertahan dalam jangka ribuan tahun sebagai perhiasan yang didambakan seluruh manusia.