Konser Anak Sungai Deugalih and Folks/Bisnis-Deandra Syarizka
Musik

Deugalih and Folks Sajikan Konser Anak Sungai

Deandra Syarizka
Selasa, 31 Maret 2015 - 10:12
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Grup band indie beraliran folks asal Bandung Deugalih and Folks sukses menggelar konser tunggal bertajuk Konser Anak Sungai,  di Institut Francais d’Indonesie (IFI) Bandung, akhir pekan lalu. Konser tersebut sekaligus menandai peluncuran album perdana mereka yang berjudul Anak Sungai.

 Sebanyak 13 lagu dibawakan secara hangat dan akrab pada konser yang dihadiri ratusan penonton itu.  Selain membawakan sepuluh lagu yang terdapat pada album perdana, band yang beranggotakan sembilan orang tersebut juga membawakan tiga buah lagu tambahan, yaitu Sore, Puraka dan Swim-swim.

Lagu andalan yang juga menjadi judul album perdana mereka, Anak Sungai, menjadi lagu pembuka konser yang dimulai pada pukul 20.00 WIB tersebut.  Setelah itu mereka pun membawakan lagu lainnya seperti Di Bawah Bendera, Bunga Lumpur, Minggu Pagi, Buat Gadis Rasyid, dan lainnya.

Pada setiap jeda antar lagu, para personel becerita tentang sejarah dan proses kreatif  setiap lagu yang mereka bawakan. Salah satunya, sang gitaris Donny Hendramanik bercerita tentang lagu Minggu Pagi, sebuah persembahanbagi putri kecilnya supaya menyatu dengan alam sekitar.

“Waktu lagu ini diciptakan, anak saya masih dalam kandungan ibunya. Waktu itu belum tahu laki-laki atau perempuan, tetapi ketika menciptakan lagu ini entah kenapa menuliskan lirik gadis kecil. Dan ternyata, lahirnya memang perempuan. Mungkin ini doa,” ujarnya yang disambut tepukan tangan penonton.

Beberapa lagu lain yang mengandung kisah personal sang vokalis mengundang tawa penonton yang menyaksikan. Misalnya lagu Buat Gadis Rasyid, musikalisasi puisi sastrawan Chairil Anwar, yang tak lain adalah tugas kuliah sang vokalis Galih Su semasa mengemban pendidikan di Universitas Padjadjaran.

Pada umumnya, lirik lagu band yang telah terbentuk selama lima tahun ini bercerita tentang alam dan lingkungan, anak-anak, dan sedikit menyinggung kritik sosial. Lagu yang kental dengan kritik sosial tersebut antara lain tercermin pada lagu Becoming White yang terinspirasi dari buku budaya berjudul sama karya  dosen sekaligus aktivis  jender Aquarini Priyatna Prabasmoro.

“Lagu ini tentang Bandung, juga tentang Indonesia yang dibanjiri iklan pemutih, bahwa untuk menjadi cantik harus putih. Semoga iklan tersebut tidak sampai ke telinga teman-teman dari Timur yang berkulit cokelat, seperti saya. Bagi saya, yang berkulit cokelat, yang gendut, yang kurus, semuanya bisa jadi cantik sebagai manusia,” ujar Galih Su.

Deugalih and Folks dikenal sebagai band indie lintas usia yang telah terbentuk sejak sekitar tahun 2000 lalu. Mereka beranggotakan tujuh orang, antara lain Galih Su (vokal), Yadi Supriyadi (gitar, mandolin),  Donny Hendramanik (gitar), Rasus Budhyono (Irish tin whistle), Galant Yurdian (bass), Gantira Sena (drum), Yogi Imamuddin (perkusi), AJ. Jonathan (keyboard) dan Fiola Rondonuwu (biola). Setelah menggelar konser tunggal, band ini merencanakan tur di beberapa kota.

 

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro