Bisnis.com, JAKARTA – Selain kontrol rutin ke dokter, pasien hipertensi juga disarankan untuk memeriksakan tekanan darahnya secara mandiri di rumah.
Hal ini penting untuk mengetahui perkembangan terapi yang dilakukan, dan memeriksa ulang hasil pemeriksaan tekanan darah di rumah sakit yang biasanya lebih tinggi.
Terkait dengan pemeriksaan tekanan darah ini, para tenaga medis sering menemukan fenomena white collar effect pada pasien, yaitu kondisi tekanan darah pasien saat diperiksa tenaga medis lebih tinggi dibanding ketika diperiksa di rumah. Oleh karena itu, pada terapi hipertensi, pasien sering mengombinasikan hasil pemeriksaan tekanan darah pasien di rumah sakit dan di rumah.
“Biasanya hasil pengukuran tekanan darah di klinik atau rumah saki lebih tinggi 20% dibandingkan kalau kita mengukurnya di rumah. Ini terjadi karena umumnya pasien tegang ketika bertemu tenaga medis, sehingga memengaruhi tekanan darahnya,” ujar dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Siska Suridanda Danny, Sabtu (11/4/2015).
Di sisi lain, dokter yang juga menjadi staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengingatkan bahwa pemeriksaan tekanan darah mandiri di rumah sifatnya hanya sebagai pelengkap, bukan pengganti untuk kontrol rutin ke dokter atau mengubah terapi tanpa konsultasi.
Dengan membiasakan diri melakukan pemeriksaan darah secara mandiri, pasien telah membantu dokter dan dirinya sendiri untuk memaksimalkan manfaat terapi.