Bisnis.com, JAKARTA- Galeri Indonesia Kaya kali ini bersama Operet Babah Encim menampilkan pertunjukan lenong peranakan Tionghoa Modern bertajuk Legenda Cinta Pulau Kemaro di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.
Pementasan operet saat ini mengisahkan legenda kisah cinta antara Siti Fatimah, putri seorang raja Palembang yang dilamar pangeran China bernama Tan Bun An. Ketika Tan Bun An hendak melamarnya, orang tua Siti Fatimah memberikan beberapa syarat yang harus dipenuhi terlebih dulu. Antara lain, dirinya harus mempersiapkan tujuh guci yang berisi emas.
Renitasari Adrian Program Director Djarum Bakti Budaya mengungkapkan Indonesia sangat kaya dengan seni budaya. Menurutnya, cukup menarik melihat Operet Babah Encim yang menampilkan pertunjukan ini dengan sungguh unik. Ditambah cerita yang diangkat kali ini diambil dari cerita rakyat asal Indonesia.
"Pertunjukan ini akan membuka wawasan terhadap Indonesia. Pertunjukan seperti inilah yang harus dilestarikan agar masyarakat Indonesia dapat lebih mengenal kebudayaan dan cerita rakyatnya sendiri, ujarnya, Sabtu (9/5/2015).
Dalam cerita itu, Tan berusaha memenuhi syarat tersebut demi dapat memperistri Siti, namun Tan terkejut ketika memeriksa guci guci tersebut, yang dilihatnya hanyalah sayur dan dan asinan busuk. Akhirnya Tan Bun An membuang seluruh guci guci tersebut, tetapi saat guci terakhir hendak dibuang, guci pun terhempas dan pecah, sehingga kepingan emas berkeluaran dari dalam guci. Rupanya keluarganya sengaja menyembunyikan emas tersebut agar aman dari ancaman bajak laut.
Dengan rasa penyesalan mendalam, Tan Bun An mengambil keputusan terjun ke Sungai Musi untuk mengambilnya dan tenggelam. Melihat kejadian itu, Siti Fatimah calon istrinya juga ikut terjun ke sungai seraya berpesan, Jika ada tanah yang tumbuh di Sungai Musi ini, maka di situlah kuburan kami. Pesan itu terbukti dan timbullah sebuah pulau di tengah Sungai Musi sekarang, dan dinamakan Pulau Kemaro.
Priyanto dari Operet Babah Encim mengaku senang dapat menggelar operet ini di Galeri Indonesia Kaya serta menghibur para penikmat seni.
Pertunjukan selama 45 menit ini membuat penonton terhanyut dengan cerita yang dibawakan oleh Operet Babah Encim. Operet Babah Encim sendiri dikembangkan oleh Nanfeng Nusantara sebagai bentuk lenong peranakan Tionghoa modern.
Kolaborasi Gambang Kromong, musik Yangkim dan musik modern menghasilkan musik yang unik yang mampu mendukung sebuah pertunjukan operet, bahkan dengan lagu-lagu opera dan aria. Selain dari musik yang indah keunikan dari Operet Babah Encim adalah para pemusiknya merangkap sebagai penyanyi dan juga aktor dramanya.