Bisnis.com, JAKARTA-- Kehadiran batik tua koleksi Rudolf G.Smend, kolektor asal Jerman, dan koleksi batik Brigitte Willach di Museum Tekstil Jakarta, diharapkan dapat menambah kecintaan masyarakat Indonesia terhadap batik yang sudah mendapat pengakuan dari UNESCO.
Perancang mode Didiet Maulana menjadi salah satu pengunjung yang antusias melihat pameran koleksi batik tua itu di Museum Tekstil Jakarta, karena motif-motif itu sudah jarang ditemui di pasar.
Batik koleksi Rudolf G.Smend, 76, itu berasal dari daerah-daerah di pantai utara Pulau Jawa. Koleksi Rudolf yang tua antara lain sarung batik tulis Wed J. Jans (1885-1900).
"Batik Wed J. Jans merupakan maestro batik buat aku, karena dia bisa membuat tren pada masanya. Ada pengaruh Eropa digabungkan dengan batik Jawa," kata Didiet yang mempunyai brand Ikat by Didiet Maulana, Rabu (10/6/2015).
Ragam motif bunga dan ragam pita, katanya, merupakan adanya pengaruh budaya Eropa. Sekarang, katanya, kain batik itu menjadi buruan yang sangat tinggi harga.
Pada pameran bertajuk Highlights from North Coast to Bimasakti yang memamerkan koleksi dari dua kolektor asal Jerman itu, katanya, diharapkan masyarakat Indonesia semakin lebih semangat lagi untuk mencintai batik.
"'Kita melihat yang mengoleksi batik Indonesia bukan orang Indonesia. Mereka semangat melestarikan budaya Indonesia, kita orang Indonesia harusnya lebih bersemangat lagi mengoleksi dan memakai kain batik tradisional Indonesia, sehingga pengrajin tetap berproduksi," kata Didiet yang akan ikut pada pameran Gebyar Batik Nusantara pada 24 Juni 2015 di JCC.
Selain Didiet, perancang mode Carmanita menilai pendidikan kriya di Tanah Air ketinggalan puluhan tahun. Dia mengharapkan pendidikan di bidang kriya perlu ditingkatkan.
"Saya sudah memperjuangkan batik untuk fashion sejak tahun delapan puluhan," ujarnya.