Bisnis.com, KUTA - Museum Kain milik perancang dan pembuat batik Josephine W. Komara atau Obin yang terletak di Paviliun Alang-alang lantai 3 Beachwalk, Kuta menyajikan seperangkat artefak yang berupa kain-kain batik kuno yang dahulu pernah mengisi kehidupan perempuan China di Lasem, Jawa Tengah, pada abad ke-19.
Juliana Taufik, Manager Museum Kain, mengatakan kain-kain tersebut bagian upaya Museum Kain untuk menyegarkan suasana di dalam ruang pameran sebelum pameran yang baru pada tahun yang akan datang.
“Fokus kami di sini memang ingin memperkenalkan kembali batik yang ditunjang dengan metode baru dalam menyajikan cerita mengenai batik dengan memanfaatkan media visual disamping kehadiran para pendongeng di Museum Kain,” ungkapnya, Selasa (16/5/2015).
Dia menjelaskan, kain-kain batik Lasem yang dipamerkan kali ini menyajikan kisah bagaimana pentingnya peran seorang perempuan China dalam sebuah keluarga. Hal yang menarik perempuan pada zaman itu hidup dalam masyarakat yang pada dasarnya dikuasai oleh kaum laki-laki.
“Dalam pameran ini, terdapat enam helai yang memperlihatkan berbagai sisi dalam kehidupannya seperti sisi spiritual, keluarga, sosial, perkawinan, serta bagaimana dia tetap berupaya menghargai keindahan,” paparnya.
Contohnya seperti kain Tok Wi yang dipajang pada altar atau meja sembah bagi para leluhur sebagai cerminan aspek spiritual dalam keluarga.
Selain itu ada juga saputangan yang digunakan sebagai pembungkus makanan atau barang kiriman lainnya sebagai hantaran bagi kerabat, tetangga, sanak saudara, maupun orang-orang terkasih dalam kehidupannya, lanjutnya.
Dia menyatakan pada masa kejayaannya dahulu, Lasem merupakan kota pelabuhan dan perdagangan penting dengan kebudayaan Cina-Jawa yang kental.
Pengaruh tersebut masih kental dan terlihat nyata dalam karya-karya arsitektur, seni, boga, cara hidup, serta dalam gaya batiknya. Kini kota Lasem sudah redup sebagai pusat produksi Batik.
Namun dahulu sebagaimana tetangganya seperti Juana, Rembang, Tuban, dan tentunya Lasem sangat terkenal dengan kekhasan batiknya.
“Kami akan terus memamerkan koleksi secara berkala yang akan dirotasi setiap enam bulan sekali. Selain dari Lasem, beberapa bagian dari kain-kain yang dipajang dalam ruang pameran juga diganti agar koleksi kami dapat beristirahat dari gaya tarik bumi serta perubahan cuaca,” imbuhnya.