Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti dan penggagas Gerakan Sejuta Budaya Hokky Situngkir terus melakukan pendataan budaya melalui website budaya-indonesia.org. Hingga Juli kemarin, sudah tercatat lebih dari 33.000 data artefak budaya Nusantara.
Data ini meliputi format gambar untuk motif kain, ornamentasi, teks untuk cerita rakyat, suara untuk lagu daerah, hingga format video untuk tarian dan pertunjukan.
Hokky menuturkan kekayaan budaya Indonesia dapat ditunjukkan melalui data ini. Yang selanjutnya dapat berlanjut pada agenda pelestarian budaya.
Menurutnya, melestarikan budaya tradisional sudah tidak dapat lagi dilakukan secara tradisional saja. Semua inovasi kolektif budaya Indonesia seharusnya terkumpul di satu meja bernama Perpustakaan Digital Terbuka Budaya Indonesia.
Pemerintah pun tentunya jadi bisa terbantu dengan adanya data-data budaya tersebut, misalnya dalam hal diplomasi terkait hak kekayaan intelektual yang berhubungan dengan budaya tradisional, dan sebagainya, katanya.
Dia menyebut anak muda mendominasi partisipan website budaya-indonesia.org. Hal ini cukup mengejutkan karena sebelumnya banyak anggapan yang tertarik pada budaya tradisional terbatas pada kalangan tua.
Sebab, budaya tradisional identik dengan sesuatu yang kuno dan kolot. Kenyataannya justru tidak sama sekali. Mungkin kesan kolot dan kuno dari budaya tradisi Indonesia itu ada karena selama ini memang kaum muda jarang mendapat peran aktif dalam budaya tradisional itu sendiri, ujarnya.
Hokky mengatakan data ini dapat diakses dan digunakan oleh publik. Seperti halnya media sosial, semua orang juga dapat berpartisipasi melakukan submisi data, termasuk memperbincangan data budaya.
Media ini memberikan kesempatan bagi seluruh masyarakat untuk terlibat dalam proses inventarisasi dan pendataan budaya Indonesia. "Hasilnya luar biasa. Bahkan melampaui apa yang menjadi motivasi awal, yaitu sekadar untuk data penelitian, terangnya.