gadget./JIBI-Nurul Hidayat
Relationship

Kembalikan Kehangatan Keluarga Tanpa Gadget

Wike Dita Herlinda
Senin, 12 Oktober 2015 - 00:20
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sudah menjadi rahasia umum bahwasannya semakin banyak masyarakat Indonesia yang kecanduan gadget. Komunikasi via ponsel pintar maupun media sosial saat ini seolah-olah menggantikan bentuk komunikasi riil antarmanusia, bahkan yang berasal dari lingkungan sosial yang sama.

Candu gadget itu pula yang banyak ditengarai sebagai penyebab merenggangnya hubungan personal antaranggota keluarga. Bahkan, semakin banyak interaksi tatap muka dan ‘dari hati ke hati’ antarkeluarga yang tergeser oleh komunikasi via teknologi informasi (TI).

Banyak orangtua yang lebih mementingkan perkembangan yang terjadi di ponsel mereka, mulai dari bangun tidur hingga akan tidur lagi, ketimbang meluangkan waktu untuk sekadar berbincang langsung dengan buah hatinya. Demikian pula sebaliknya.

Berdasarkan penelitian Global Web Index, dari total 248,64 juta warga Indonesia, 55 juta di antaranya merupakan pengguna internet. Itu berarti penetrasi internet di negara ini telah mencapai 27%.

Sementara itu, pengguna media sosial (medsos) di Tanah Air menembus sekitar 43,81 juta jiwa. Itu berarti penetrasi medsos di Indonesia telah mencapai 18%. Adapun, total pelanggan provider ponsel mencapai 269,98 juta, atau penetrasinya menyentuh 109%.

Psikolog klinis dan forensik Kasandra Putranto mengungkapkan orang Indonesia sangat terkenal gemar menghabiskan waktu menggunakan smartphone dan sangat aktif di jejaring media sosial dibandingkan dengan rerata orang di luar negeri.

“Di luar negeri, ketika orangtua bertemu dengan anaknya, mereka akan meninggalkan handphone sejenak untuk berinteraksi dengan anaknya. Di sini sebaliknya, baik anak maupun ortu masing-masing sibuk dengan HP-nya saat ketemu. Masing-masing punya minimal satu gadget,” tuturnya.

Ditemui di sela-sela kampanye Lover mula dari PT Combibphar di Jakarta Pusat belum lama ini, Kasandra tidak menyangkal bahwa gadget memang mempermudah komunikasi, kehidupan sosial, serta akses terhadap informasi dengan cepat.

Namun, gadget juga dapat menimbulkan efek ketergantungan serta membuat seseorang menjadi lupa dengan sekelilingnya, termasuk dengan keluarganya, pasangannya, dan teman-temannya sendiri.

“Kecanduan gadget ini pula yang menyebabkan tradisi menjenguk kerabat maupun keluarga yang sedang sakit tergantikan oleh tren mengirim pesan ‘get well soon’ atau sejenisnya,” tutur pemilik PT Kasandra Persona Prawacana itu.

Di kota besar, memudarnya budaya menjenguk dan memberi perhatian kepada keluarga yang sedang sakit turut dipicu oleh faktor kesibukan dan kemacetan, konflik di dalam tubuh keluarga itu sendiri, maupun nosocomephobia (phobia rumah sakit).

Padahal, menurut Kasandra, perawatan yang disampaikan dengan kasih sayang dan kehangatan dalam keluarga merupakan faktor krusial yang dapat mempercepat proses penyembuhan seseorang yang tengah sakit.

Kehangatan dan kasih sayang keluarga berimplikasi langsung terhadap proses penyembuhan. Sebab, keduanya dapat menurunkan tekanan darah dalam kondisi stress, memperbaiki kesehatan lebih cepat dari efek obat, dan menurunkan keparahan penyakit hingga 16%.

Vice President Consumer Health & Wellness Combiphar Weitarsa Hendarto menambahkan dalam proses penyembuhan, seseorang membutuhkan kombinasi perawatan obat yang tepat dan sentuhan perhatian dari orang-orang terekat, khususnya keluarga.

“Penting bagi kita untuk memberikan kehangatan, perhatian, dan kasih sayang yang tulus dengan orang atau lingkungan sekitar, terlebih ketika orang yang kita cintai sedang jatuh sakit. Jutaan pesan melalui gadget tidak akan bisa menggantikan kehangatan itu,” tuturnya.

Khusus untuk anak-anak, psikolog anak Vera Itabiliana menambahkan orangtua yang akan membelikan gadget untuk anak-anaknya harus memperhatikan beberapa hal, antara lain membatasi waktu penggunaannya, fungsinya, tujuan penggunaan, tempat, biaya, konten, serta aksesnya. "Yang terpenting, dampingi anak-anak dalam bermain gadget."

Jika memang harus membeli perangkat yang memiliki akses internet, batasi konten apa saja yang boleh dilihat oleh anak-anak. Jangan biarkan anak-anak mengurung diri bermain laptop dan mengakses internet sendirian di kamar.

Jadi, jika selama ini Anda masih abai dengan interaksi riil antaranggota keluarga, sebisa mungkin mulai sekarang upayakan perubahan. Jadikan komunikasi dan dukungan emosional sebagai value keluarga yang tidak bisa tergantikan oleh gadget dan medsos.

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (11/10/2015)
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro