Bisnis.com, MINAHASA -- Ketika waktu menunjukan pukul 12 siang, saat sang surya bertengger tepat di atas perahu tradisional milik Ali, nelayan berumur 62 tahun asal suku Bajo itu bergegas mengajak ketiga anggota keluarganya untuk segera merapatkan perahunya di Pulau Hogow, Minahasa Tenggara.
Waktunya beristirahat dan mengisi perut, maklum saja sudah tujuh jam mereka mengarungi perairan Sulawesi. Mereka mulai mengerjakan tugas masing-masing. Bak pekerja restoran yang andal, jemari Ali yang mulai mengeriput dengan cepat menyiapkan bumbu agar santap siang mereka terasa lebih nikmat.
Ahmad yang tercatat sebagai menantu menyiapkan kayu bakar untuk menanak nasi dan membakar ikan yang disisihkan dari hasil tangkapan. Sang cucu Rusdi dan Muhlis itu memilih dan membersihkan ikan lalu meletakkan di atas bara api.
Hamparan pasir putih dan semilir angin menemani para pelaut saat melepas lelah. Desiran ombak yang menepi dihiasi suara burung Camar terbang rendah seolah menjadi musik pengiring.
Sesekali terdengar percakapan ringan diselingi tawa renyah. Sesaat kemudian setelah perut terisi dan tenaga kembali pulih, keluarga nelayan ini melanjutkan perjalanan mengarungi perairan agar tangkapannya memenuhi target sebelum matahari tenggelam.
Biasanya dalam sehari mereka bisa memperoleh ikan sebanyak 20 kg yang dijual lagi ke penampung dengan harga Rp400.000. Usai sudah tugas hari ini, bertemu dan berkumpul kembali dengan anggota keluarga lainnya yang telah menanti penuh harap di rumah.