Bisnis.com, JAKARTA- Awalnya ingin segera mandiri. Lalu kemudian jatuh cinta.
Dewi Fitrianingrum, Kepala Divisi Commercial Funding PT Bank Tabungan Negara) tak pernah menyangka kesetiannya kepada Bank Tabungan Negara membuatnya rela bertahan hingga seperempat abad lamanya.
Dewi memulai karier di BTN sejak lulus kuliah tahun 1990 silam. Kala itu usianya masih belia, 23 tahun. Artinya, sudah 26 tahun lamanya perempuan berdarah campuran Jawa-Sunda ini mengabdi di BTN.
Dewi lulus SMA tahun 1985. Ia menempuh pendidikan S1 di Universitas Kristen Indonesia hanya dalam waktu 3,5 tahun.
Begitu lulus, ia melamar ke BTN melalui jalur Officer Development Program dan langsung ditempatkan di divisi perencanaan. Tugas pokoknya adalah menyusun rencana kerja perusahaan.
Dengan modal otaknya cemerlang, hanya dalam waktu 3 tahun perempuan kelahiran Bogor, 13 Januari 1967 ini sudah dipromosikan menjadi kepala seksi. Diantara teman seangkatannya, Dewi tergolong lebih dulu mendapat promosi.
Lejitan kariernya tak berhenti disitu. Setelah sempat menjabat di posisi yang sama di cabang Kuningan, empat tahun kemudian Dewi diangkat sebagai pembantu pimpinan BTN cabang Harmoni.
"Saat itu pembantu pimpinan posisinya setara wakil kepala cabang lah," ujarnya.
Tak lama kemudian ia ditarik ke kantor pusat dan ditempatkan di divisi pemasaran.
Pada tahun 1998, BTN membuka cabang baru di Cawang. Cabang ini meninggalkan kesan mendalam baginya karena keunikannya.
Unik karena benar-benar dibangun dari nol. Biasanya, kata Dewi, kantor cabang berawal dari kantor kas atau cabang pembantu. Oleh perusahaan, Dewi ditunjuk untuk mengembangkan cabang unik ini.
Ditempat itulah jiwa kreatifnya kian menajdi. Kebetulan kantor cabang tersebut bertetangga dengan beberapa BUMN yang bergerak di sektor infrastruktur. Ia berpikir, kenapa tidak 'tetangga' itu diajak bekerjasama? Alhasil, sejumlah kerjasama strategis berhasil terlaksana.
Ia sempat menjabat sebagai kepala cabang BTN Kelapa Gading sebelum ditarik kembali ke kantor pusat sebagai kepala divisi wealth manajemen.
Saat menangani wealth management, ia melakukan berbagai novasi. Salah satunya dengan mengembangkan layanan untuk nasabah prioritas. Atas prestasinya, ia kemudian dipercaya untuk memegang amanah sebagai kepala divisi commercial funding hingga kini.
Sebagai seorang perempuan di lingkungan perbankan, kariernya tergolong mengkilap. Namun saat ditanya apa kiatnya, Dewi justru menggeleng sembari tertawa.
"Saya tak tahu gimana. Yang jelas pimpinan dan nasabah puas saja sama hasil kerjaan saya. Tapi memang saya terbiasa merencanakan segala sesuatunya di dalam kepala. Di dalam pikiran," bebernya.
Kemampuan merencanakan itu menurutnya datang begitu saja. Dan itu selalu diaplikasikannya di setiap aktivitas. Termasuk saat ia tengah berdandan di depan cermin, pikirannya tetap bekerja menyusun rencana hari itu secara detail.
Belum lagi bila perencanaan dalam pikirannya itu bertemu dengan keberuntungan, hasilnya kadang diluar perkiraannya. Ia mencontohkan saat ingin bertemu seorang pejabat penting untuk menawarkan kerjasama.
Ia tahu untuk bertemu pejabat tersebut harus melalui proses protokoler yang panjang. Tapi ia punya trik. Setelah sebelumnya mengirim pesan langsung ke ponselnya, ia memilih jalan memutar.
Alih-alih menunggu di depan pintu masuk kantornya, Dewi langsung menunggu di ruang tamu. Tak dinyana, pejabat itu justru langsung masuk ke sana. Alhasil, bertemulah mereka.
Kegandrungannya akan sesuatu yang terencana dan rapi juga menular ke lingkungan kerjanya. Tiap kali pindah tempat kerja, dirinya selalu mendesain sendiri interior ruangannya. Ia punya prinsip 'tempat mencerminkan orang'.
Teman-temannya juga senang dengan 'kelebihan' Dewi ini. "Saya dianggap bermanfaat sama teman-teman dan atasan saya. Ini bukan ge er ya..." katanya sembari terkekeh.
Disamping itu ia juga kerap membagi pengetahuan tentang investasi properti kepada teman-teman dekatnya. Meski tidak terlalu serius bergelut di dunia properti, tapi ibu tiga anak ini sudah punya beberapa rumah yang kemudian ia sewakan.
Dan meski sibuk dengan seabrek rutinitas kerja, magister manajemen Universitas Gadjah Mada ini tak lupa dengan keluarga. Ia selalu menyempatkan waktu berkumpul dengan suami dan ketiga anak laki-lakinya. Entah itu berlibur, nonton atau sekedar jogging bersama di taman dekat rumahnya.
"Tapi ya tetap saja saya rencanakan semuanya. Pagi bikin apa, siang bikin apa, sampai malam bikin apa. Pokoknya sayagamau ada waktu yang terbuang sia-sia," ucapnya.
Selain itu, ia juga kerap menghabiskan waktu dengan bermain piano. Baginya, bermain piano merupakan sarana penyaluran stres paling mujarab. Bahkan ia mengaku suka bermain piano hingga larut malam.
"Bisa sampe berjam-jam kalau lagi ingin," kata penggemar berat Whitney Houston dan David Foster ini.