Nyamuk Aedes aegypti/News.com.au
Health

Waspada, Perilaku Nyamuk Aedes Aegepty Kini Lebih Berbahaya

Miftahul Khoer
Rabu, 23 Maret 2016 - 09:52
Bagikan

Bisnis.com, BOGOR - Aktivitas dan perilaku nyamuk penyebar demam berdarah kini semakin perlu diwaspadai.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor Upik Kesumawati menyebutkan penyakit demam berdarah (DBD) kerap menyerang manusia setiap memasuki musim hujan.

Menurutnya, vektor DBD merupakan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

Menurutnya, larva Aedes aegypti yang semula hanya menempati habitat domestik, terutama penampungan air bersih di dalam rumah, kini mampu berkembang di wadah air yang mengandung polutan.

“Pergeseran populasi nyamuk memang telah terjadi. Pada tahun 1990 misalnya, kompleks IPB Darmaga dihuni oleh Aedes albopictus, tetapi tahun 2002 hingga sekarang sudah didominasi oleh Aedes Aegypti. Kini keduanya berperan sebagai vektor primer dan sekunder DBD,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima, Rabu (23/3/2016).

Dia mengatakan perubahan perilaku mengisap darah juga terjadi pada Aedes Aegypti yang semula aktif di siang hari aktif di malam hari (noktural).

Nyamuk tersebut, kata dia, juga mudah terusik, mampu berpindah-pindah dari satu orang ke orang lain dan menjadi vektor yang efisien dalam meningkatkan risiko penularan DBD.

Menurutnya, sebagai hewan oikilotermik, kehidupan Aedes aegypti dipengaruhi oleh iklim.

Dia mengatakan jika suhu meningkat maka nyamuk dapat hidup lebih aktif dan menularkan virus DBD dengan lebih cepat.

Adapun, masa inkubasi ekstrinsik virus DBD dalam tubuh Aedes aegypti menjadi lebih pendek dan perkembangbiakan nyamuk lebih cepat.

“Gaya hidup manusia modern saat ini banyak menciptakan habitat bagi nyamuk Aedes. Hasil riset kami di delapan lokasi menunjukkan angka bebas jentik 17,8-88,5%. Artinya peluang terjadinya transmisi penyakit masih besar. Angka bebas jentik harus di atas 95%,” terangnya.

Riset yang dilakukan tahun 2014-2015 di Kota Bogor menunjukkan bahwa Aedes aegypti dari 35 kelurahan (35 galur) telah resisten terhadap tiga golongan insektisida yang umum digunakan.

Galur nyamuk yang resisten terhadap malation (golongan organofosfat) sebanyak 74%.

Adapun, galur nyamuk yang resisten terhadap bendiokarb (golongan organokarbamat) sebanyak 63%.

Galur nyamuk yang resisten terhadap deltametrin (golongan piretroid sintetik) sebanyak 86%.

Sebanyak 80% galur berstatus resisten ganda (terhadap lebih dari satu golongan insektisida).

Oleh karena itu pihaknya meminta Dinas Kesehatan Kota Bogor untuk berhati-hati dalam menentukan insektisida yang akan digunakan untuk pengendalian vektor di daerah-daerah yang sudah toleran dan resisten.

"Tersedianya peta resistensi di suatu daerah dapat membantu dinas terkait dalam melakukan pengendalian vektor demam berdarah di lapangan,” ujarnya.

Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Saeno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro