Anak-anak usia dini belajar menyusun balok./Antara-Rosa Panggabean
Health

Memiliki Anak adalah Komitmen Seumur Hidup

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 26 Maret 2016 - 23:50
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Menurut Psikolog Anak dan Keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) Mira D. Amir, semakin banyaknya orang tua di zaman modern yang menganggap anak sebagai beban dipicu karena keengganan mereka untuk berkomitmen menjadi ortu.

“Memiliki anak adalah komitmen seumur hidup. Beda dengan pernikahan, yang bisa diakhiri dengan proses perceraian bila terjadi ketidakcocokan. Nah, kebanyakan perempuan karier pada zaman sekarang merasa komitmen itu adalah beban bagi mereka,” tuturnya.

Itulah mengapa fenomena tersebut lebih banyak dirasakan oleh perempuan pada usia produktif. Sebab, kata Mira, mereka merasa kewalahan jika harus membagi komitmen antara mengurus anak dan keinginan mengejar kesuksesan.

Selain itu, banyak orang tua modern yang menganggap bahwa anak adalah cost atau biaya itu sendiri. Memiliki anak berarti menyita waktu, perhatian, dan uang. Belum lagi secara psikologis, memiliki anak juga membutuhkan pola pengasuhan yang baik.

“Kalau ortunya sibuk dan tidak punya pengetahuan memadai soal good parenting, biaya anak akan menjadi berlipat ganda. Saat anak beranjak remaja, mereka mulai bermasalah karena kurangnya kualitas pengasuhan dan interaksi psikologis yang positif dari ortu.”

Untuk mencegah munculnya perspektif bahwa anak adalah beban mencapai kesuksesan, seseorang harus mempertanyakan kembali kepada dirinya apakah dia siap menjadi orang tua dan memasuki fase tersebut.

Mira mengatakan, jangan buru-buru memutuskan memiliki anak karena tuntutan atau desakan sosial jika memang belum siap menjadi orang tua. Sebab, jika ternyata nantinya orang tua tersebut tidak mampu mencukupi kebutuhan psikologis anak, hal itu akan menjadi bentuk kekerasan terhadap anak.

Bercermin dari pengalaman 69 negara lain, jangan sampai nantinya fomo itu melanda Tanah Air dan menyebabkan pergeseran pandangan bahwa memiliki anak adalah penghalang menuju kebahagiaan.

“Untungnya, sebagian besar wilayah di Indoensia masih berkembang stigma bahwa semakin banyak anak semakin banyak rezeki. Setiap ada pasangan baru menikah saja, sudah pasti ditanya ‘kapan punya momongan’,” imbuh Mira. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (27/3/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro