Untuk menghindari jebakan faking life di medsos, dibutuhkan tingkat kedewasaan yang mumpuni. /Bisnis.com
Fashion

Berhentilah ‘Memalsukan Hidup’ di Medsos!

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 7 Mei 2016 - 19:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pernahkah Anda melihat seorang teman yang hobi update hal apa saja di media sosial setiap beberapa menit sekali? Atau, apakah Anda mengenal seseorang yang gemar mengumbar gaya hidup ala kalangan jetset di akun media sosialnya?

Belakangan ini, semakin banyak orang yang rajin mengekspos setiap detail kehidupan sehari-hari mereka di medsos. Pada awalnya, mungkin mereka hanya ingin berbagi. Namun, lama-kelamaan intensitas update yang kelewat tinggi memunculkan pertanyaan lain.

Apakah orang tersebut benar-benar sekadar ingin berbagi? Ataukah dia sedang ‘memalsukan hidup’ alias faking life untuk memamerkan kepada khalayak tentang sisi hidup yang sebenarnya tidak dia miliki, tetapi ingin dijalani?

Jika ternyata orang tersebut melakukan praktik faking life, ada baiknya berhati-hati karena sikap tersebut dapat memberi pengaruh negatif terhadap pengguna medsos lain. Apalagi, tren faking life telah menjadi sebuah fenomena kekinian di jejaring sosial.

Psikolog Lembaga Psikologi Terapan (LPT) Universitas Indoneia Mira D. Amir menyebutkan fenomena faking life di medsos dipicu oleh keinginan seseorang untuk eksis dan diakui oleh teman-temannya. Untuk itu, dia pun memamerkan gaya hidup yang tidak realistis.

“Sekarang ini banyak orang yang ingin terlihat ‘wah’ di medsos. Sebentar check in di hotel bintang lima, beberapa menit lagi makan siang di restoran ini, lalu tidak lama kemudian belanja di mal itu, dan seterusnya,” papar Mira.

Sebenarnya, tidak semua orang di medsos ‘berbohong’ dengan gaya hidup yang dimilikinya. Namun, tidak sedikit pula orang yang ingin memiliki gaya hidup seperti selebritas sehingga mereka pun ‘membuat-buat’ status atau pamer kegiatan yang sebenarnya biasa saja.

Mira menjelaskan fenomena faking life di medsos sebenarnya didorong oleh ketidaksiapan seseorang dengan dunia medsos yang kompetitif. Seseorang yang memalsukan hidupnya cenderung tidak dewasa dalam mengelola kehidupan publiknya.

Dia mengakui belakangan ini semakin banyak psikolog yang menerima keluhan dan konseling seputar permasalahan faking life di medsos. Sebab, tidak jarang aktivitas tersebut menjadi sumber konflik dan perseteruan antarteman dan keluarga.

“Seringkali saya terpaksa harus merekomendasikan untuk meng-unfriend  atau unfollow  teman atau keluarga mereka, karena kenyataannya malah medsos menjadi sumber permasalahan dalam hubungan seseorang dengan lingkungannya,” tutur Mira.

Orang yang sering pamer di medsos, lanjutnya, kerap menjadi bahan pembicaraan di lingkungannya. Pasalnya, apa yang diunggah di medsos bertolak belakang dengan kenyataan sehari-hari orang tersebut.

PICU PERSAINGAN

Selain menjadi bahan pembicaraan, orang yang gemar faking life di medsos dapat memicu persaingan tidak sehat dengan rekan-rekannya. “Pasti nanti ada yang tidak mau kalah dan iri, lalu bikin update tandingan. Ini kan jelas tidak sehat."

Untuk mencegah dampak korosif tren faking life dalam kehidupan sosial, ada baiknya seseorang tidak memaksakan diri jika memang dia tidak siap untuk memiliki akun medsos. Bertanyalah pada diri sendiri apakah hidupnya akan baik-baik saja tanpa medsos.

“Orang update di medsos itu yang dipikirkan hanya dirinya sendiri. Nah, apabila Anda tidak siap menghadapi orang-orang seperti itu, ada baiknya untuk sementara jangan membuka akun medsos terlebih dulu,” sarannya.

Di sisi lain, orang yang gemar memalsukan gaya hidup di medsos sebenarnya bisa saja mengalami gangguan psikologis. Sebab, jauh di dalam batinnya pasti yang bersangkutan merasa tidak nyaman karena tidak bisa menjadi diri sendiri.

“Banyak orang yang memaksakan diri agar terlihat ‘wah’ di medsos, karena merasa iri dengan temannya. Pada akhirnya dia mengunggah update secara intens. Padahal, orang lain enggak ingin tahu dia sedang apa, di mana, dengan siapa.”

Untuk menghindari jebakan faking life di medsos, dibutuhkan tingkat kedewasaan yang mumpuni. Pahamilah bahwa bepergian, makan, atau nongkrong adalah bagian normal dari kehidupan sehari-hari, dan tidak semua orang ingin mengetahui rutinitas Anda.

“Kalau dia dewasa, tidak perlu sedikit-sedikit update. Lebih baik menulis note tentang buah pikiran atau informasi yang berguna. Buatlah update yang dewasa, sebab yang membedakan Anda dari orang lain di medsos adalah tingkat kedewasaan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (8/5/2016)
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro