Relationship

Ekspresikan Marah Lewat Karya

Azizah Nur Alfi
Sabtu, 14 Mei 2016 - 07:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Sastrawan asal Banyumas Ahmad Tohari sedang menyelesaikan novelnya yang ke-10. Ini merupakan kelanjutan dari trilogi Ronggeng Dukuh Paruk agar menjadi tetralogi. Dia bercerita tentang keturunan Srintil dengan latar tahun 1987.

Namun, lelaki yang konsisten melestarikan bahasa Penginyongan ini, masih ragu apakah dapat menyelesaikan novel tersebut. Jika pun tidak terselesaikan, baginya, sejumlah karya yang telah ada dirasa cukup mewarnai sastra Indonesia. Berikut wawancara Bisnis saat berkunjung ke rumahnya di Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas.

T: Bagaimana novel baru yang sedang dipersiapkan?
J: Ide membuat novel itu sudah ada. Bahkan, sudah ditulis sejak dua tahun lalu, tetapi sudah sangat lamban. Sekarang sudah 50%. Saya juga mulai ragu apakah pembaca saat ini suka membaca novel saya?. Saya tidak mampu menangkap peta batin generasi sekarang. Apakah masih sama seperti yang dulu?.

Hampir semua cerpen saya adalah bentuk pelampiasan, simbol keberpihakan terhadap orang tertindas. Maka seluruh cerpen saya berbicara tentang orang miskin, gelandangan. Mereka pemilik republik ini selalu disia-siakan, bahkan oleh negara. Saya marah lewat cerpen itu. Hampir tidak ada cerpen saya yang romantis, tidak ada yang membela orang mapan. Saya tidak dapat menulis novel yang merayakan kegembiraan orang kenyang.

Dulu apa yang saya tuliskan, orang masih peduli tentang hal-hal seperti itu. Cerita berlatar orang yang sakit, yang tidak dapat sekolah. Sekarang, pokoknya kenyang, nikmat, asyik. Tidak peduli makan tahu tempe dari kedelai impor atau bukan. Tidak peduli tetangga sebelah kanan kiri melarat. Mall berjejeran pasar di kampung, mana ada perlawanan.

Saya tidak dapat membaca peta seperti itu. Jadi apakah saya dapat menulis novel seintensif dulu? Saya tidak tahu novel yang terakhir ini akan selesai atau tidak. Kalaupun tidak lagi lahir novel dari tangan saya, yang sudah ada itu sudah cukup. Itu dapat dianggap andil saya terhadap sastra Indonesia.

Saya hampir pastikan jika Ronggeng Dukuh Paruk terbit pertama kali hari ini, belum tentu ada pembacanya. Nama tokoh kampung dengan pikiran merakyat. Ronggeng Dukuh Paruk kelihatannya sangat menarik perhatian dan menjadi pembicaraan banyak orang. Saat ini sedang masuk cetakan ke-23.

T: Bagaimana karakter pembaca generasi sekarang?
J: Secara tema, bukan tema sosial. Tema sosial itu tidak menarik. Mereka lebih tertarik pada sesuatu yang bersifat pribadi, ringan, cair, tidak perlu memuat pemikiran, yang penting asyik. Ini sebenarnya menyedihkan, karena menjadi bagian dari meninggalkan kepentingan mengidentifikasi diri dengan orang lain. Memang tidak dapat menggenaralisir semua penulis dan pembaca. Tentu saja ada penulis yang turut menyumbang karya bermutu seperti, Eka Kurniawan.

T: Apakah perlu menyesuaikan bahasa dan tema untuk menarik minat pembaca muda?
J: Mempertahankan tema itu komitmen. Terkadang saya merasa justru harus mempertahankan kesetiaan bahasa. Saya harus menjadi pejuang di bidang ini. Jika masih ada kosakata Indonesia yang mewakili, maka saya pakai. Kenapa bantuan harus diganti donasi, sewa diganti rental, cuci diganti carwash, binatu diganti laundry. Padahal, masyarakat justru harus belajar lebih dulu dengan menggunakan kata laundry. Sementara jika menggunakan kata sewa, masyarakat akan langsung mengerti.

T: Apakah ada rasa jenuh setelah 45 tahun berkarya?
J: Sebenarnya tidak, tetapi masa kosong iya. Saya merasa hampa. Beberapa tahun setelah menyelesaikan Ronggeng Dukuh Paruk, itu ada hampa. Penulisan novel yang saat ini itu masa lambat. Kekuatan untuk berkarya sudah mulai surut. Sudah 45 tahun itu melelahkan.

Saya ingin mengerjakan sesuatu yang besar. Menulis adalah pekerjaan kemanusiaan yang sangat besar. Yang besar sudah saya lakukan. Saat ini ingin melakukan yang kecil, seperti berkebun tumbuhan yang mau punah dan berternak burung yang mau punah. Sesuatu yang tidak terlalu memakan emosi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro