Ampyang: Kacang Cino Gulo Jowo./ANTARA
Fashion

Refleksi Filosofis 'Ampyag' dalam Pergelaran Seni

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 28 Mei 2016 - 23:37
Bagikan

Bisnis.com, SURABAYA - Sewaktu kecil, pernahkah Anda mengenal seorang teman yang mendapat julukan ‘ampyang’? Di Jawa, istilah tersebut kerap digunakan untuk menyebut seorang anak hasil perkawinan antara etnis Tionghoa dan suku Jawa.

Sebutan ‘ampyang’ merujuk pada nama sebuah kudapan tradisional yang terkenal di Jawa. Jajanan tersebut terbuat dari kacang cina dan gula jawa, yang dilebur menjadi satu untuk menghasilkan penganan yang legit.

Ada masa di mana orang-orang yang dipanggil ‘ampyang’ kerap dipandang tidak biasa di lingkungan sosialnya. Sebab, pernikahan campuran pernah dipandang sebagai sesuatu yang tidak lazim.

Namun, tanpa disadari, sebenarnya sudah sejak lama masyarakat Tanah Air hidup di tengah-tengah keragaman budaya. Perpaduan dan persilangan kultur lokal dan asing tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan sosial, dan perlahan membentuk karakter masyarakat.

Tidak jarang kita pun lupa bahwa banyak bagian dari budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari kita yang merupakan hasil dari asimilasi dan akulturasi dari berbagai budaya asing. Seperti halnya ampyang.  

Uniknya proses pembauran dan toleransi antarbudaya yang mengakomodasi kepentingan bersama di dalam masyarakat itu melatarbelakangi fotografer senior Surabaya, Hari Yong Condro, untuk menuangkan idenya ke dalam sebuah pameran seni.

Dia menggandeng empat seniman untuk menghelat pameran Ampyang: Kacang Cino Gulo Jowo selama 27 Mei—18 Juni di Kota Pahlawan. Uniknya, keempat seniman tersebut memiliki profesi berbeda; arsitek, crafter, desainer grafis, dan interior.

Menurut Hari, dengan memadukan karya dari berbagai profesi dapat dihasilkan beragam karya seni dengan goresan dan media yang beraneka ragam; seperti lukisan tinta cina, sketsa lingkungan (urban sketching), lukisan cat air, dan coretan (scribble).

Terdapat 20 karya yang ditampilkan di dalam pergelaran tersebut. Salah satunya adalah karya urban sketching dari Aloysius Erwin, seorang arsitek dan dosen yang menggambarkan bangunan cagar budaya dan nuansa di daerah kota tua.

Ada juga desainer grafis B.G. Fabiola Natasha yang memakai tinta cina untuk memvisualisasikan berbagai bentuk dolanan tradisional dan kesenian rakyat khas Indonesia di atas medium kertas phi zhi.

Sementara itu, crafter Nani Wijaya mengekspresikan pemikirannya tentang akulturasi dalam media cat air di atas kayu, kertas, dan polycarbonate. Dia membawa pesan tentng tokoh Gesang dan bakmi di dalam karyanya.

Adapun, dosen/desainer interior Rachmad Priyandoko mengimajinasikan kelima tokoh Punakawan melalui medium kawat, kap mobil, mika, dan papan putih (whiteboard) di dalam karyanya.

Tentang tema perhelatan seninya, Hari Yong Condro berpendapat akulturasi budaya sebenarnya diterjemahkan ke dalam karya-karya keempat seniman tersebut. Refleksi dalam karya-karya mereka sebenarnya masih berlangsung di dalam kehidupan masyarakat.

“Apa yang dituangkan empat perupa ini bukan lagi sekadar ajakan memahami akulturasi dalam seni, karena kita sebagai manusia adalah individu yang berkembang secara jiwa dan raga,” jelasnya.

Namun, pada saat bersamaan, dia menilai proses akulturasi di dalam diri keempat seniman tersebut telah selesai karena tidak ada lagi hal asing di dalam diri mereka untuk dilebur ke dalam kehidupan.

“Keempatnya sudah memiliki [perpaduan] kebudayaan itu secara ‘ampyang’ seperti perpaduan lekat antara kacang cino dan gulo jowo, dari proses panjang sebelumnya. Begitu juga kita sekarang bersama-sama,” imbuhnya.

Sesekali, jika Anda mengambil waktu sejenak untuk merefleksikan hal-hal yang ada di sekitar Anda di dalam kehidupan sehari-hari, Anda akan menemukan begitu banyak kolaborasi harmonis antarbudaya lokal dan asing yang mengendap di tengah masyarakat.

Jika saja Anda mau memanfaatkan kekayaan budaya yang melebur, menyatu, atau bahkan tumpang tindih itu; bisa saja Anda mendapat inspirasi untuk menghasilkan ide yang menjadi pencerahan bagi lingkungan sosial Anda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro