Bisnis.com, MALANG - Hotel Tugu Malang menggelar Festival Kue Bulan pada 1-30 September sebagai tanda merayakan musim gugur di negeri asalnya, China.
Executive Assistant Manager Hotel Tugu Malang Crescentia Harividyanti mengatakan kue bulan mempunyai makna yang dalam bagi kebudayaan oriental.
“Ada beberapa legenda dan mitos di balik perayaan kue bulan yang dimulai sejak 2170 SM,” ujarnya di Malang, Senin (5/9/2016).
Paling terkenal adalah kisah sang pemanah Huo Yi yang berhasil memanah 8 matahari di langit sehingga menyisakan satu saja. Banyaknya matahari itu membuat bumi sangat panas sehingga orang-orang menderita karena kekeringan dan kelaparan. Sumber-sumber air mengering, tanaman rusak.
Atas keberhasilan Huo Yi, raja menghadiahinya pil panjang umur. Namun, kekasih Huo Yi, Chang Er, menelan pil itu sehingga mendapat kehidupan abadi di bulan sebagai Dewi Bulan. Huo Yi menyesali kejadian itu, namun tak bisa mengubah keadaan.
Untuk mengobati kerinduan, setiap tanggal 15 bulan ke-8, ia duduk minum teh dan menikmati kue sambil menunggu Chang Er menampakkan diri ketika bulan purnama.
Versi lainnya adalah penghormatan kaum petani kepada Dewi Bulan pada tanggal itu karena panen yang berlimpah. Para petani lalu membuat dan mempersembahkan sejenis kue berisi bulatan kuning telur utuh yang menjadi simbol bulan purnama sebagai rasa syukur kepada Dewi Bulan.
“Itulah beberapa kisah kue bulan, kue manis bundar berukir tulisan China itu,” ujarnya.
Mooncake atau kue bulan lazim dibuat untuk memeriahkan pesta atau sekadar berkumpul bersama keluarga sambil meneguk teh China yang pahit. Mooncake juga kerap dihadirkan dalam perayaan rutin tahunan sebagai penanda akhir musim panen.