Bisnis.com, JKKARTA-ASebanyak 20 karya sastra dari 20 sastrawan diberikan tiket untuk mendapatkan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2016. Di antara nama-nama besar seperti Eka Kurniawan dan A.S. Laksana, terselip tokoh-toko muda yang turut meramaikan nominasi tahun ini. Bagaimana peluangnya?
Enam belas tahun lalu Goenawan Mohamad, wartawan gaek cum sastrawan, menggondol penghargaan Khatulistiwa Literary Award ketika ajang tersebut pertama kali digelar. Berturut-turut apresiasi karya sastra bergengsi ini menunjuk nama-nama tenar seperti Remy Sylado, Hamsad Rangkuti, Sapardi Djoko Damono, hingga Seno Gumira Adji Darma sebagai juara.
Belakangan, setelah ajang ini berganti nama menjadi Kusala Sastra Khatulistiwa pada 2014, nama-nama yang lebih muda muncul sebagai penantang. Beberapa dari mereka masih berusia di bawah 30 tahun tetapi sudah masuk menjadi nominasi. Dea Anugerah adalah salah satunya.
Lewat kumpulan puisinya yang berjudul ‘Misa Arwah’, pria asal Pangkal Pinang ini menjadi salah satu nominator untuk kategori pusi. Dea bertubuh kecil dengan wajah khas oriental. Usianya baru seperempat abad. Potongan rambutnya yang rapi membuatnya sekilas mirip artis Korea. Saat pertama kali bertemu, anda pasti sulit menerkanya sebagai salah satu sastrawan muda menjanjikan Tanah Air.
“Ini pertama kali dapet nominasi penghargaan,” tuturnya kepada Bisnis. “Sastra Indonesia ini situasinya unik. Di luar negeri banyak sekali penghargaan mulai skala kecil sampai yang besar, sedangkan di Indonesia penghargaan nyaris tidak ada,”.
Saat ditanya peluangnya menjadi juara, Dea merendah. Dia justru merekomendasikan karya-karya lain yang menjadi pesaingnya. Salah satunya adalah ‘Pendidikan Jasmani dan Kesunyian’, buku kumpulan puisi karya Beni Satryo. Bensat, begitu alumni Universitas Gadjah Mada ini biasa disapa, dikenal lewat puisi-puisinya yang sederhana dan singkat. Seperti Dea, Bensat juga sastrawan muda Nusantara yang tengah mencuri perhatian komunitas sastra.
Menurut Dea banyak karya-karya penulis muda yang memang menjanjikan. Penulis muda lebih mudah belajar. Mereka bisa membaca buku apa saja yang mereka mau. Hasilnya cukup mengembirakan. Nama-nama segar muncul meskipun tidak semua yang akhirnya masuk nominasi. Ini sebuah kemajuan.
Kendati demikian, Dea justru menilai saat ini sastra Indonesia kekurangan karya bermutu. Dea mengaku ‘dikecewakan’ beberapa penulis besar meskipun karya mereka laris di pasaran. Sastra seringkali memang soal selera.
Dari kategori prosa, munculnya nama Eka Kurniawan rasanya bukan sebuah kejutan. ‘Cantik itu Luka’ dan ‘Lelaki Harimau’ berkali-kali diberikan porsi besar oleh media asing semacam The Guardian dan Huffington Post. Dua novel ini membuat Eka dianggap sebagai penulis kaliber dunia. Di ajang Kusala Sastra Khatulistiwa ini Eka hadir dengan nover terbarunya berjudul ‘O’.
Penerbit Kecil
Penghargaan tahun ini juga memunculkan ‘Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi’. Ini adalah novel perdana Yusi Avianto Paraenom yang sejatinya bukan nama baru di dunia sastra. Seperti Dea, Yusi juga merendah. “Untuk Raden Mandasia, biasa saja,” katanya saat dihubungi Bisnis.
Yusi justru menyoroti fenomena kemunculan karya sastra yang lahir dari luar penerbit besar di Tanah Air. Karyanya memang diterbitkan oleh penerbit kecil bernama Banana. Bagi Yusi, ini justru menggembirakan.
Richard Oh, penggagas Kusala Sastra Khatulistiwa, juga mensyukuri eksistensi penerbit-penerbit kecil semacam ini. Namun, dia menegaskan dalam pelaksanaannya penghargaan ini sejatinya tidak melihat dari mana asal buku tersebut. Selama berkualitas, maka karya tersebut layak masuk nominasi dan menjadi juara.
“Perkembangan seperti itu memberi kita semangat. Tinggal bagaimana toko-toko buku memberikan tempat ke mereka [buku terbitan penerbit kecil],” katanya kepada Bisnis.
Kusala Sastra Khatulistiwa kali ini akan memberikan penghargaan tertinggi kepada dua penulis dari kategori prosa dan puisi. Richard menuturkan, penulis tidak perlu mengirimkan karyanya agar bisa masuk nominasi. Para dewan juri akan menyeleksi karya sastra yang beredar di pasaran dalam kurun waktu tertentu.
Keduapuluh karya sastra ini akan disaring menjadi setengahnya. Pada pertengahan November, Richard menjanjikan akan mengumumkan juara untuk tahun ini. Menarik ditunggu siapa yang akan mendapatkan penghargaan. Apakah nama-nama lama seperti Eka dan A.S. Laksana atau tokoh muda seperti Bensat dan Dea? Atau mungkin nama-nama lainnya?
Hanya dewan juri yang mampu menjawabnya. Siapa mereka? “Maaf kami tidak bisa membocorkan nama-nama jurinya,” tutup Richard.