Gedung Salihara/salihara.org
Show

SIPFest 2016 Hadirkan Koreografi dan Instalasi Unik Selama Satu Bulan

Gloria Fransisca Katharina Lawi
Minggu, 25 September 2016 - 02:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Komunitas Salihara akan menyelenggarakan Salihara International Performing-arts Festival 2016 mulai 1 Oktober 2016 sampai 6 November 2016 yang menghadirkan penampilan para penari dalam negeri dan luar negeri serta instalasi karya para perupa asal Indonesia.

Melalui siaran pers yang diterima Bisnis.com, Sabtu (24/9/2016) Salihara International Performing-arts Festival atau disingkat SIPFest akan menghadirkan koreografi Mega Mendung, bermula dari kenangan masa kecil Fitri Setyaningsih akan mega atau awan yang dipercaya akan membawanya ke langit. Fitri adalah salah satu koreografer muda Indonesia yang fokus pada karya tari kontemporer. 

Sementara pada Legend of the Crazy Monkey Kin, compose Chong Kee Yong asal Malaysia yang merupakan Wakil Presiden Society of Malaysian Contemporary Composers akan menampilkan gubahan music dengan unsur teater di dalamnya. Karya tari berjudul Prisms adalah hasil eksplorasi koreografer Benoit Lachambre bekerja sama dengan Montreal Danse asal Kanada, yang menggambarkan kondisi sosial politik yang tersurat dalam rasa dan gerak tubuh.

Hypercolor juga hadir membawakan repertoar dari album Tzadik. Repertoar berjudul ‘Squeaks’, ‘Palace’, ‘Forget’ adalah perpaduan antara music rock, jazz, dan music Frank Zappa. Adapula Kalanari Theatre Movement menampilkan Yo-he-ho’s Site dengan konsep teater site-spesific yang akan menanggapi ruang luar dan dalam Komunitas Salihara.

SIPFest 2016 ini akan ditutup dengan pentas-pentas perdana-dunia Balabala produksi EkosDance Company, dengan koreografer Eko Supriyanto. Eko adalah koreografer Indonesia yang meraih sejumlah penghargaan. Misalnya, Eko pernah menari untuk pentas Drowned World Tour Madonna (2001) dan konsultan pada musical The Lion King karya Julie Taymor (2000).

Sejumlah harya perupa juga hadir memeriahkan SIPFest 2016 yakni instalasi Gurita Raksasa Salihara karya Nus Salomo di Anjung Salihara. Ada pula instalasi Sanctuary 2016 karya Made Gede Wiguna Valasara yang berupa sekelompok burung terbang. 

Sementara Purjito menampilkan instalasi patung berjudul Gus Dur: Tuhan Tidak Perlu Dibela, sosok Abdurrahman Wahid, mantan Presiden RI dan juga seorang pemikir Islam yang memperjuangkan kebebasan beragama. Ada pula Indyra menampilkan gambar mural trimatra berjudul Be A Daydreamer & A Night Thinker yang menyiratkan posisi Komunitas Salihara sebagai tempat merawat kebebasan pemikiran.

SIPFest 2016 merupakan festival yang didukung oleh Goethe Institute, Japan Foundation-Asia Center, Kedutaan Besar Amerika Serikat, Kedutaan Besar Austria, dan Kedutaan Besar Denmark. 
 

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro