Bisnis.com, JAKARTA - Kehadiran komunitas film menjadi bagian dari perfilman Nasional. Aktivitas komunitas yang didominasi produksi dan pemutaran film, turut membangun budaya menonton film serta melahirkan sineas baru.
Hasil pemetaan komunitas film di Indonesia yang dilakukan Cinema Poetica Research Center terhadap 77 komunitas dari 28 kabupaten/kota saat temu komunitas film di Baturraden Banyumas pada Maret kemarin menunjukkan, perkembangan komunitas film begitu masif. Dari sebelum 1998, terdapat empat komunitas, kemudian bertambah 73 komunitas setelah 1998.
Dari jumlah itu sebanyak 67 komunitas melakukan aktivitas pemutaran, disusul 57 komunitas melakukan produksi, 39 komunitas melakukan pengarsipan, dan 38 komunitas melakukan kajian tentang film. Dalam satu komunitas dapat melakukan satu hingga empat aktivitas sekaligus.
Meski memiliki sejumlah aktivitas, hanya 35 komunitas yang memiliki sumber pendanaan. Kampus atau pihak sekolah menjadi sumber pendanaan paling dominan, mencakup 19 komunitas. Adapun sisanya mengandalkan dana swadaya dan donasi. Sementara dukungan dari pemerintah daerah atau perusahaan swasta, seringkali berupa hibah untuk suatu program yang sifatnya hanya sementara.
Komunitas seringkali tidak memperhitungkan ongkos tenaga kerja dalam setiap aktivitasnya. Pada konteks produksi misalnya, hanya diperhitungkan dana untuk alat, properti pemain, dan kadang pemain. Sementara dalam konteks pemutaran, dana lebih diprioritaskan untuk alat, pemutaran, dan terkadang film. Maka tidak heran jika pendanaan aktivitas komunitas relatif kecil yakni, Rp1 juta - Rp5 juta untuk produksi dan Rp100.000 - Rp500.000 untuk pemutaran.
Meski terhalang pendanaan, tidak lantas memangkas daya produksi komunitas. Hal ini terlihat dari jumlah film yang diproduksi dalam satu tahun terakhir yakni, 220 film fiksi pendek, 52 film dokumenter pendek, 17 film dokumenter panjang, 10 film fiksi panjang, dan empat film animasi. Dari jumlah itu, 195 film diantaranya beredar di festival film baik tingkat universitas, kota, provinsi, nasional, dan internasional.
Begitu pula pada aktivitas pemutaran menjadi program bulanan, mingguan, dan tahunan yang dihadiri rata-rata 40-50 penonton. Setidaknya ada 66 aktivitas pemutaran yang dilakukan 58 komunitas di 17 kota berbioskop. Yogyakarta menjadi kota dengan pemutaran terbanyak, disusul Bandung dan Jakarta. Adapun, di enam kota tanpa bioskop terdapat 10 aktivitas pemutaran dari 9 komunitas. Kebumen menyediakan ruang pemutaran paling banyak.