Antusiasme para pencinta seni untuk mengapresiasi karya seni di Galeri Nasional Indonesia hingga akhir tahun ini cukup signifikan, terbukti jumlah pengunjung mencapai 231.747 orang, atau meningkat 66% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus Andre Sukmana menjelaskan pada 2015, angka kunjungan di Galeri Nasional (Galnas) baru 139.470 orang.
“Namun, tahun ini meningkat cukup signifikan hingga 66%. Kami bersyukur artinya minat masyarakat terutama generasi muda terhadap seni mulai tumbuh,” ujarnya.
Dalam paparan yang disampaikan dalam acara Kaleidoskop Aktivitas GNI 2016 & Menyongsong Aktivitas 2017 di Ruang Seminar, Galeri Nasional, baru-baru ini, Andre mengatakan peningkatan jumlah pengunjung tersebut didapatkan dari masyarakat yang menyempatkan diri untuk melihat pameran tetap.
Seperti diketahui, di Galnas terdapat dua jenis pameran yakni pameran tetap dan pameran temporer. Jumlah kunjungan pameran tetap selama 2016 mencapai 89.985 orang, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 26.931 orang.
Sementara itu, jumlah pengunjung di pameran temporer sepanjang tahun ini mencapai 141.562 orang, lebih tinggi dibandingkan tahun lalu sebanyak 112.281 orang.
“Khusus untuk pameran temporer, angka pengunjung yang besar didapatkan saat kami menggelar pameran koleksi istana 17|71 Goresan Juang Kemerdekaan, dengan angka kunjungan 35.163 orang,” katanya.
Andre menyatakan tingginya kunjungan para pencinta seni ke Galnas tidak dapat dilepaskan dari pemberitaan mengenai penyelenggaraan pameran oleh media massa, dan promosi melalui sosial media.
Selain itu, lokasi gedung Galnas yang sangat strategis di jantung Ibu Kota, memudahkan khalayak untuk hadir dan menjadi saksi mata karya-karya para seniman dari dalam negeri dan mancanegara.
“Saya menduga masyarakat sepertinya sudah bosan mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan sehingga memilih datang ke Galnas sebagai tempat alternatif,” katanya.
Tingginya angka kunjungan publik tersebut diakui Andre berdampak positif maupun negatif. Dia mengakui bahwa mayoritas penunjung yang berasal dari generasi muda lebih banyak berswafoto di depan karya, dibandingkan hadir dan mengapresiasi karya.
Proses swafoto yang dilakukan pengunjung seringkali diikuti dengan perilaku yang merugikan seperti menyentuh karya.
Perilaku ini cukup merugikan apalagi jika dilakukan ke karya milik para maestro yang sudah meninggal dunia. Akibatnya, karya itu harus direstorasi dengan biaya yang tidak murah. Namun, hal tersebut tidak dipersoalkan oleh Andre.
“Yang paling penting mereka hadir dahulu di sini. Setelah itu mereka akan terbiasa dengan isinya [karya seni], dan kemudian terpancing mengapresiasi karya seni. Kami juga akan sering menggelar kegiatan yang bersifat edukatif untuk menumbuhkan daya apresiasi seni di kalangan masyarakat,” jelasnya.
Kepala Seksi Pameran dan Kemitraan Galnas Zamrud Setya Negara menambahkan secara bertahap manajemen Galnas akan mengurangi kejadian seperti itu.
Misalnya, tidak memperkenankan pengunjung membawa tongkat narsis ke dalam ruang pameran. Harapannya, agar pengunjung mulai tergugah kesadarannya untuk mengapresiasi karya seni dengan cara yang benar.
“Kami juga akan wajibkan tiap kegiatan pameran ada kegiatan yang bersifat edukatif. Tujuannya agar masyarakat semakin sadar mengapresiasi karya seni,” imbuhnya.
Pada 2016, selain menggelar beragam program pameran maupun kegiatan edukasi, Galnas juga melengkapi koleksi-koleksi karya seninya.
Tercatat terdapat lima benda seni baru yang dikoleksi museum yakni Bermain Dakon karya instalasi Siti Adiyati, lukisan Potret Diri (media pastel pada kertas, 44 x 60 cm,1988) karya Soenarto PR, lukisan Merapi (akrilik pada kanvas, 80 x 75 cm, 2013) karya Chandra Johan, dan dua karya fotografi berjudul Atlantis Van Java & Soulscape Road, karya fotografer senior Oscar Motuloh.
Andre menuturkan ke depan akan berusaha melengkapi koleksi benda seni di Galnas yang berdasarkan pada pertimbangan antara lain sejarah, kualitas, dan apresiasi terhadap seniman besar. Sayangnya, dia belum dapat mengungkapkan pada 2017 bendabenda seni apa saja yang bakal diboyong ke Galnas.
“Kami harus cari terlebih dahulu atau ada pihak yang menawarkan kemudian kami nilai. Kalau cocok akan kami beli,” tuturnya.
PROGRAM 2017
Menyongsong 2017, Andre mengatakan akan menggelar pameran besar a.l. pameran seni rupa nusantara, dan pameran seni rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia jilid II.
Khusus pameran seni rupa koleksi Istana Kepresidenan Republik Indonesia ini, Andre menuturkan akan digelar rutin setiap tahun.
Tujuannya agar masyarakat akrab dengan koleksi seni milik istana. Pameran yang digelar setiap Agustus ini juga menjadi rangkaian perayaan Kemerdekaan RI.
“Pameran koleksi seni rupa Istana Kepresidenan tahun depan sudah siap diselenggarakan kembali. Tentu dengan materi dan konsep yang berbeda.”
Meskipun begitu Andre belum dapat berbicara banyak tentang pameran ini karena harus berdiskusi dengan pihak Istana Kepresidenan.
Dia memperkirakan pameran pada 2017 lebih banyak menampilkan koleksi Istana, dibandingkan dengan gelaran sebelumnya.
Dia pun berharap pameran tersebut dapat menampilkan karya-karya seni rupa yang mewakili masa pemerintahan tiap presiden. Alasannya, pada pameran sebelumnya lebih cenderung ke koleksi-koleksi benda seni Presiden Soekarno.
“Kan setiap presiden memiliki selera seni masing-masing. Misalnya Pak SBY, beliau senang dengan [lukisan] pemandanganpemandangan,” katanya.
Bisnis mencatat pada Agustus lalu, terselenggara pameran koleksi istana 17|71 Goresan Juang Kemerdekaan.
Pameran skala besar ini merupakan kerjasama antara Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaanmelalui Galeri Nasional Indonesia, Badan Ekonomi Kreatif, dan Mandiri Art.
Dalam pameran tersebut dipajang lukisan milik para maestro seni rupa seperti karya berjudul Kawankawan Revolusi (cat minyak di kanvas, 95x149 cm, 1947) milik S. Sudjojono, Rini ( cat minyak di kanvas, 50x70cm, 1958) karya Presiden Sukarno, dan H.O.S. Tjokroaminoto (cat minyak di kanvas, 80x60 cm, 1946) karya Affandi.
Bukan hanya menggelar pameran di kandang sendiri, Galnas juga berpartisipasi dalam pameran seni rupa kontemporer Indonesia di Brussels dan Antwerp, Belgia.
Indonesia akan menjadi Guest Country EUROPALIA 2017. Ajang EUROPALIA 2017 merupakan festival seni budaya yang digelar tiap dua tahun sekali atas inisiasi Kerajaan Belgia dengan memilih secara selektif negara yang akan dijadikan peserta tamu.
Dalam acara ini, Indonesia berencana menampilkan teater, tari, musik, sastra literasi, film, dan gastronomi. Dari ranah seni rupa, akan ditunjuk empat seniman sebagai wakil negara. “Sekarang masih digodok [seniman-senimannya]. Januari 2017 akan kami umumkan siapa saja nama-namanya.”