Entertainment

Pertunjukan Wayang Hingga Pemutaran Film Prenjak di La Nuit des Ides

Azizah Nur Alfi
Selasa, 24 Januari 2017 - 21:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Institut Prancis di Indonesia (IFI) menggelar La Nuit des Idées atau Night of Ideas, yang merupakan sebuah malam pertemuan dan berbagi gagasan, di Auditorium IFI Thamrin pada Kamis (26/1) pukul 18.00. Dalam kegiatan yang diselenggarakan secara serentak di Jakarta, Yogyakarta, Bandung dan Surabaya ini, akan dihadiri sejumlah narasumber dari berbagai bidang dalam diskusi yang mengangkat tema Monde Commun atau Dunia Bersama.

Sejumlah pembicara yang hadir diantaranya penanggung jawab Departemen Seni Islam Museum Louvre Paris Yannick Lintz, sosiolog sekaligus penulis Elizabeth Inandiak, Guru Filsafat Sekolah Internasional Prancis Jakarta Christian Girard, penanggung jawab Program Pusat Studi Perkotaan RUJAK Elisa Sutanudjaja, serta sutradara film pendek berjudul Prenjak Wregas Bhanuteja. Sebagai moderator adalah Atase Pers Kedubes Prancis di Jakarta Dominique Roubert.

Nights of Ideas akan dibuka dengan pertunjukan wayang oleh Dalang Pak Toyo dengan lakon bertajuk King Parikesit. Tak kalah seru, adapula pertunjukan musik oleh Kandank Jurank Doank pimpinan Dik Doank, serta pemutaran film Prenjak yang terpilih dalam kategori film pendek program La Semaine de la Critique Festival Film Cannes 2016.

Gagasan mengenai dunia bersama dijalin mulai dari pertunjukan wayang yang dibawakan Pak Toyo dengan lakon King Parikesit. Lakon ini berkisah tentang seorang raja yang bertemu seorang pertapa ketika tengah berburu kijang. Sang raja marah karena pertapa tak kunjung merespon segala pertanyaannya. Kemarahan sang raja justru berbuah malapetaka bagi dirinya sendiri. Dalam lakon ini juga akan digambarkan bagaimana keserakahan manusia dalam memanfaatkan alam justru membawa bencana.

"Wayang artinya bayangan. Cerita di dalam wayang adalah refleksi dari watak manusia sendiri dan oleh karenanya menjadi pengingat kita untuk selalu mawas diri. Wayang sekaligus mengingatkan kita bahwa di dunia ini kita tidak hidup sendiri, tetapi ada orang lain, ada makhluk lain yang harus kita hormati keberadaannya," tutur Pak Toyo melalui siaran pers pada Selasa (24/1).

Di tengah konflik bersenjata di dunia saat ini, terlebih di kawasan Timur Tengah, peninggalan bersejarah, museum dan artefak tak luput dari kerusakan dan kehancuran. Gagasan mengenai Dunia Bersama tengah diuji.

Penanggung Jawab Departemen Seni Islam Museum Louvre Paris, Yannick Lintz, dalam diskusinya akan mengangkat tema bagaimana melindungi jejak sejarah di negara yang tengah dilanda perang. "Saat ini di Grand Palais di Paris, atas inisiatif Museum Louvre, tengah berlangsung sebuah pameran yang dipersembahkan bagi upaya penyelamatan peninggalan bersejarah di Suriah yang hancur lebur akibat perang. Sebagai bagian dari upaya pelestarian benda bersejarah juga, kami membidik generasi muda melalui pendidikan untuk melatih empati dan kepedulian mereka sedini mungkin pada peninggalan bersejarah," tuturnya.

Selain menjadi pembicara di forum diskusi di Jakarta seperti Salihara pada 24 Januari, UIN Syarif Hidayatullah pada 25 Januari, dan Yogyakarta, Yannick Lintz yang mewakili Museum Louvre Paris, akan bertemu dengan perwakilan Jakarta Islamic Center untuk membahas proyek kerjasama pembangunan museum seni Islam di Jakarta.

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro