Wayang/Kabupaten Bantul
Entertainment

Kenali Seni Wayang Kulit dari Betawi

Mutiara Nabila
Senin, 26 Mei 2025 - 20:05
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Lebih dikenal sebagai kesenian daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah, ternyata Betawi juga punya kesenian Wayang Kulit.

Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun DKI Jakarta ke-498, Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno turut memperkenalkan bahwa Betawi juga punya kesenian Wayang Kulit, yang dipertunjukkan di Pagelaran Wayang Kulit Betawi di Kota Tua, Sabtu (24/5/2025)

"Betawi punya wayang. Barangkali kita melihat hanya sebuah benda mati yang ada di layar belakang. Namun sesungguhnya benda mati ini apabila digerakkan dengan hati dia bercerita tentang Indonesia," ujarnya, dikutip dalam unggahan di Instagram, Senin (26/5/2024).

Mengenal Wayang Kulit Betawi

Mengutip Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sejarah Wayang Kulit Betawi bermula ketika Pasukan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram menyerang Belanda ke Betawi, pada 1627 dan 1629. 

Kala itu sebuah rumah di Jakarta menjadi pos peristirahatan tentara Mataram, dan di pos itulah seorang tentara Mataram setiap malam bercerita tentang tokoh-tokoh dan peristiwa pewayangan.

Pementasan Wayang Kulit Betawi biasanya diiringi dengan gamelan sunda yang menggunakan bahasa Betawi. Musik yang mengiringi Wayang Kulit Betawi disebut gamelan ajeng.

Alat musik gamelan ajeng terdiri atas terompet, dua buah saron, gedemung, kromong, kecrek, gendang, kempul, dan gong. Sebelumnya, pada 1920, Wayang Kulit Betawi diiringi gamelan bambu. 

Kehadiran Wayang Kulit Betawi merupakan hasil interaksi dengan budaya para pendatang yang berasal dari Jawa. Oleh karena itu, antara Wayang Kulit Betawi dengan Wayang Kulit Jawa banyak terdapat kesamaan. 

Wayang kulit Betawi memiliki fungsi ritual (kepercayaan) karena biasa digunakan untuk membayar nazar dan ruwat. Ruwat adalah upacara menolak bala bagi keluarga yang mempunyai susunan anak yang istimewa. Misalnya, anak tunggal, satu anak lelaki diapit anak perempuan, satu anak perempuan diapit dua anak lelaki, dan sebagainya. 

Tak sembarangan, Dalangnya juga harus memiliki kemampuan spiritual yang tinggi, mencukupi syarat melakukan “ruwatan”, dengan pertunjukkan khusus, membawakan lakon Nurwakala, yang menurut istilah setempat disebut lakon “Betara Kala”, disertai sesajen lengkap.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro