Gunung Sumbing./.Bluetripper
Fashion

MENDAKI GUNUNG: Termasuk Pilihan Aktivitas Para Lansia Lho

Rezza Aji Pratama
Jumat, 10 Februari 2017 - 11:48
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Darto Satoto sudah memasuki usia 73 tahun, tetapi perawakannya masih terlihat bugar. Mengenakan jas putih khas tenaga medis, Darto menemui Bisnis di tempatnya bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, pekan lalu.

“Maaf ya saya habis melakukan operasi jadi sedikit terlambat,” ujarnya.

Kendati sudah memasuki usia pensiun, Darto memang masih rutin bertugas sebagai dokter sekaligus tenaga pengajar di RSCM. Darto bukan dokter sembarangan. Ia adalah seorang profesor yang memiliki spesialis di bidang anastesi. Selain di rumah sakit pelat merah tersebut, Darto juga praktik di sejumlah tempat seperti Jakarta Pain and Spine Center.

Tidak puas hanya dengan bekerja di usia senja, Darto juga memiliki segudang kegiatan lain yang tidak lazim bagi orang seusianya. Salah satunya adalah hiking atau mendaki gunung dan sepeda offroad.

Darto mengakui sudah akrab dengan olahraga berat sejak muda. Pada 1960-an ia pernah ikut dasa lomba. Ini merupakan cabang olahraga atletik yang terdiri dari 10 mata lomba fisik tingkat tinggi. Mulai dari lari 100 meter, lompat jauh, tolak peluru, lompat tinggi, lari 400 meter, lari gawang 110 meter, lempar cakram, lompat galah, lempar lembing, hingga lari 1,5 kilometer.

Tidak puas hanya sampai situ, Darto juga dua kali mengikuti lomba triathlon yang tidak kalah ekstrim. Mengikuti perlombaan tersebut, Darto harus menggabungkan ketahanan berlari, kekuatan bersepeda, dan skill berenang mumpuni.

Di usianya yang mulai menginjak senja Darto memang tidak lagi mengikuti berbagai lomba tersebut. Sebagai gantinya, ia banyak menghabiskan waktu dengan olahraga luar ruang lain seperti bersepeda, fitnes, hingga naik gunung.

“Kebetulan rumah saya di Ciputat tanahnya luas sehingga saya bisa bersepeda offroad dan membangun fasilitas fitnes sendiri,” tuturnya.

Saking hobinya mendaki gunung, Darto bahkan ‘mewajibkan’ anak didiknya yaitu para dokter yang sedang mengambil spesialis untuk ikut mendaki. Lama-kelamaan, kebiasaan ini menjadi rutinitas tak terelakkan bagi para calon dokter spesialis tersebut.

Sebagai dokter, Darto tentu memahami risiko aktivitas berat tersebut. Oleh karena itu biasanya dia mempersiapkan dengan baik sebelum mulai pendakian. Darto juga selalu mengingatkan kepada anak didiknya untuk melengkapi peralatan pendakian. Salah satu yang tidak pernah ditinggalkannya adalah tabung oksigen.

“Sebetulnya kuncinya adalah mengenali kondisi tubuh sendiri dan janga memaksakan,” tuturnya.

Aktivitas mendaki gunung di usia senja bukan hanya dilakoni Darto saja. Muhamad Gunawan misalnya, meskipun telah berusia 58 tahun juga tetap rutin mendaki. “April tahun ini rencananya saya akan ke Everest untuk ketiga kalinya,” tuturnya kepada Bisnis.

Ogun, begitu ia biasa disapa, memang seorang professional di bidang pendakian. Ia pernah mengikuti sederet sekolah pendakian di Amerika Serikat dan India. Ia juga salah satu senior di grup pecinta alam Wanadri dan bagian dari Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI).

Sejak pertama kali mendaki Gunung Ciremei pada 1973, Ogun sudah menapakkan kaki di banyak puncak di dalam dan luar negeri seperti Kilimanjaro, Vasuki Parbat, Island Peak, hingga Gunung Reinier di Amerika Serikat.

Penderita kanker

Pada 2015, Ogun mendapatkan kabar buruk. Ia didiagnosis menderita kanker nasofaring stadium empat. Ia menjalani sejumlah kemoterapi untuk meringankan penyakitnya. Kendati demikian, penyakit tersebut tidak menyurutkan semangatnya untuk terus mendaki gunung. Selama masa kemoterapi tersebut ia memuncaki Gunung Semeru, Arjuno, hingga Merbabu. Bahkan di tahun ini Ogun merencanakan untuk mengunjungi tanah impian pada pendaki, Himalaya.

Bagi orang-orang seperti Darto dan Ogun, usia bukan halangan untuk beraktivitas fisik. Bahkan ketika kanker sekalipun menghadang, aktivitas berat ini tetap berjalan seperti biasanya. Bagi mereka, mendaki gunung memiliki sejuta manfaat bagi tubuh dan mental.

Dalam pandangan medis, mendaki gunung apalagi bagi kalangan lansia sebenarnya berisiko tinggi. Dokter spesialis jantung Ario Soeryo menjelaskan aktivitas berat dan ketinggian gunung akan membuat suplai oksigen menipis. Akibatnya, jantung mengalami penyempitan koroner yang bisa memicu serangan gagal jantung.

“Semakin lanjut usia, kinerja jantung juga semakin berkurang sehingga patut diwaspadai,” ujarnya.

Bagi yang tidak terbiasa, aktivitas mendaki gunung mungkin bisa menjadi kegiatan yang berbahaya. Namun bagi Darto dan Ogun, aktivitas semacam itu bisa menjadi hiburan di masa tua.

 

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro