Ilustrasi film/
Entertainment

Potensi Sineas dari Daerah

Dika Irawan
Minggu, 12 Februari 2017 - 09:35
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA-Gelaran Festival Film Pendek Indonesia (FFPI) 2016 telah melahirkan juara untuk dua kategori, pelajar dan mahasiswa. Anggapan sineas-sineas dari Jakarta lebih mapan dalam urusan penggarapan film tidak sepenuhnya benar dalam festival ini.  

Diselenggarakan stasiun Kompas Tv, festival ini mengusung tema Humanisme. Secara keseluruhan terdapat 276 film yang masuk ke meja panitia. Dari jumlah tersebut kemudian dikerucutkan lagi menjadi 10 film. Lima film untuk kategori pelajar, selebihnya kategori mahasiswa.

Sineas dari Jogjakarta, Palembang, Purbalingga, Nusa Tenggara Barat, dan Lampung mendominasi kompetisi tersebut. Keluar sebagai juara kategori pelajar, film bertajuk bertajuk Izinkan Saya Menikahinya karya para pelajar SMA Rembang Purbalingga, Jawa Tengah. Sedangkan juara kategori mahasiswa diraih film I Love Me, karya mahasiswa Institut Kesenian Jakarta.

Soal kesan film-film pendek pelajar lebih terampil dalam menyajikan cerita dibandingkan dengan karya-karya garapan mahasiswa diakui salah satu juri FFPI Makbul Mubarak. Bagi dia hal tersebut bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Sebab berdasarkan pengalamannnya, film-film karya pelajar lebih baik dalam menampilkan cerita.

Makbul menengarai hal itu terjadi karena para pelajar tidak memiliki pretensi ketika menggarap film. Mereka jujur menampilkan film apa adanya, tanpa ada embel-embel lainnya.

Sementara mahasiswa, imbuhnya, saat membuat film memiliki beban untuk menampilkan teknik yang lebih tinggi. Terlebih mereka adalah para mahasiswa-mahasiswa jurusan film di kampusnya, sehingga berusaha menyajikan film sesuai dengan tokoh idolanya masing-masing.

Akhirnya lantaran keinginan mengedepankan perkara teknik, mereka mengesampingkan cerita-cerita yang hendak disampaikan. "Anak-anak SMA tidak peduli dengan teknik-teknik wah, mereka jujur menampilkan filmnya. Kalau mahasiswa ada cenderung coba-coba bermacam," ujarnya, Sabtu (11/2/2017).

Dia mengatakan dari festival ini juga terlihat kecenderungan lain soal diminasi para sineas daerah. Makbul mengatakan, dari hasil keliling ke berbagai daerah di Indonesia terlihat bagaimana film-film karya sineas daerah memiliki perspektif yang lebih luas ketimbang Jakarta.

Di Jakarta, imbuhnya, para sineas punya pandangan membuat film harus sama dengan film di bioskop. Sedangkan di daerah yang jauh dari ingar bingar bioskop, para sineasnya justru menampilkan film dengan tema yang lebih bebas. Makbul mengumpamakan di Singkawang, Kalimantan Barat sineas-sineasnya menjual karya mereka ke konter-konter pulsa.

"Lantaran tidak punya bioskop mereka rilis film di konter pulsa. Mereka jual dalam bentuk DVD. Hasilnya mereka bisa punya mobil dari jual film di konter pulsa. Di Jakarta para film maker masih gunakan ojek online untuk kesana -sini," pungkasnya. 

Penulis : Dika Irawan
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro