Bisnis.com, JAKARTA—Desainer Indonesia Tiara Syafruddin dan Senaz Nasansia berhasil memukau para penggemar fesyen di Eropa melalui koleksi busana santun (modest wear) mereka yang dipamerkan di ajang London Modest Fashion Week 2017.
Peragaan busana tersebut sekaligus menandakan pergelaran perdana yang memamerkan produk busana santun Indonesia dalam ajang London Muslim Lifestyle Show yang diselenggarakan pada 15-16 April di Olympia, London.
Atase Perdagangan London Nur Rakhman Setyoko menjelaskan ajang tersebut menjadi wadah berbagai perancang busana santun kelas dunia.
“Mereka mempromosikan dan memperdagangkan busana santun dengan berbagai merek kepada industri fesyen, asosiasi pakaian, perital, dan konsumen baik di Inggris maupun negara lainnya, secara langsung ataupun melalui e-commerce,” jelasnya dalam siaran pers, Selasa (25/4/2017).
Nur mengatakan dalam ajang tersebut desainer Tara Syafruddin dan Senaz Nassansia terkesan dengan antusiasme masyarakat Muslim Inggris terhadap produk busana santun Indonesia, yang dinilai sangat luar biasa.
“Antusiasme masyarakat Muslim Inggris terhadap produk busana muslim ternyata sangat luar biasa. Meskipun terlihat berbeda dengan produk busana santun yang ditampilkan oleh perancang lainnya, tetapi produk busana syar’i asal Indonesia berpeluang memasuki pasar Inggris.”
Dia mengungkapkan dengan jumlah masyarakat Muslim yang mencapai 3 juta orang, Inggris memiliki potensi pasar yang besar bagi produk busana santun.
“Potensi ini harus bisa dimanfaatkan oleh para perancang busana, produsen, maupun eksportir produk busana muslim asal Indonesia untuk memasarkan produknya ke pasar Inggris,” lanjutnya.
Nur menambahkan, selain permintaan produk busana santun yang semakin besar di pasar Inggris, tetapi juga memberikan daya saing tersendiri bagi produk busana Muslim Indonesia untuk diekspor.
"Tingkat keragaman suplai Indonesia yang besar dan permintaan pasar Inggris yang tinggi, dapat menarik perhatian pelaku bisnis fesyen Indonesia untuk mengembangkan sayapnya ke pasar Inggris," imbuh Nur Rakhman.
Sekadar catatan, permintaan Inggris akan produk pakaian jadi dan aksesori dari dunia mencapai US$24 miliar. Namun, Indonesia baru mampu memenuhi kebutuhan itu senilai US$211 juta.