Bisnis.com, JAKARTA— Akhir Pekan @Museum Nasional kembali hadir dengan menampilkan pentas dongeng Teater Koma bertajuk Asam di Laut, Garam di Gunung pada Minggu (11/6). Pementasan yang disutradarai oleh Rangga Riantiarno dan Sir Ilham ini terbagi dalam tiga sesi, yaitu pukul 10.00, 11.00 dan 12.30 di Museum Nasional Indonesia.
Dipadati lebih dari 600 penonton selama tiga sesi, lakon membawa pengunjung menjelajahi keragaman dan kebhinekaan tanah, hutan, sungai dan laut Nusantara melalui artefak bertani, nelayan, masak dan menhidang.
Produser pertunjukan Yudi Soerjoatmodjo dari Dapoer Dongeng menuturkan, tema yang dipilih hari ini berkaitan dengan tema pementasan secara keseluruhan tahun ini, yaitu keragaman alam manusia dan nusantara yang berinteraksi dengan peristiwa yang terjadi.
“Tahun ini kami ingin fokus pada elemen alam nusantra yang kaya sekali. Jadi kalau ada yang bilang Indonesia itu negara kelautan, tidak, Indonesia juga negara daratan. Dan daratan kita juga sangat kaya,” katanya.
Pementasan yang berdurasi sekitar 30 menit ini bercerita tentang perebutan tahta Kasunan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta pada 1755. Setelah 10 tahun berperang memperebutkan tahta, Mataram yang berakhir tanpa satupun pemenang. Semua warga Mataram keturunan Sultan Agung nyaris hancur. Puluhan ribu rakyat menjadi korban dan ladang sawah yang tak terurus menyebabkan kelaparan dan bencana.
Untuk menyelamatkan semua pihak, telah diatur sebuah perjanjian licik yang akan ditandatangani di Karanganyar, oleh para petinggi. Dalam persiapannya untuk menghadiri pertemuan itu, mereka hendak menunjukkan adat dan tata-cara keraton yang paling unggul.
Agar tidak mau terlihat kalah, Sultan Hamengkubuwono I, memerintahkan juru masak desa untuk menyiapkan sajian bagi para tamu yang lezat dan sederajat dengan sajian keraton dalam waktu singkat. Juru masaknya adalah Centhini yang diperankan oleh angga Yasti, seorang perempuan yang berasal dari Desa janti di kaki Gunung Lawu, Jawa Tengah.
Perjalanan Centhini menemukan bahan masakan inilah yang banyak megupas kekayaan alam Indonesia, tak hanya di daratan, tapi di air dan juga di udara.