Masjid Istiqlal/wikipedia
Fashion

Ini Kisah Friedrich Silaban Membangun Masjid Istiqlal

Dika Irawan
Rabu, 14 Juni 2017 - 21:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Arsitek Friderich Silaban adalah sosok di balik berdirinya bangunan megah Masjid Istiqlal, Jakarta. Silaban dan Istiqlal kemudian menjadi contoh nyata toleransi di Indonesia.

Sebagai penganut Kristen Protestan, Silaban tidak merasa terbebani merancang bangunan ibadah yang berbeda dengan keyakinannya.

Poltak Silaban, putra ketiga Friederich Silaban menuturkan kendati tidak memiliki pengetahuan soal ajaran Islam, ayahnya merasa tertantang merancang masjid tersebut.

Ketika merancang Istiqlal, Poltak menuturkan ayahnya bimbang karena masjid yang dirancangnya tersebut apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak.

“Di tengah konflik batinnya dia berdoa dengan Tuhan, kalau misalnya Tuhan tidak senang [dengan usahanya ini] maka dia [Silaban] meminta bangunannya tersebut tidak jadi atau kalah dalam sayembara,” ujarnya di sela-sela peluncuran buku Frederich Silaban di Menara Sjafruddin Prawiranegara, Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (14/6/2017) malam.

Poltak mengungkapkan demi membangun rancangan masjid yang sesuai dengan ajaran Islam, ayahnya pergi ke sejumlah tempat untuk bertemu dengan para ulama. Pada pertemuan tersebut, Silaban berdiskusi tentang kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dalam membangun masjid.

“Jelas [Masjid Istiqlal] merupakan contoh nyata toleransi di Indonesia. Kalau dahulu ada tantangan tetap jalan,” ujarnya.

Silaban pada awal kemerdekaan memiliki peranan penting dalam menata Jakarta. Setiadi Sopandi, dalam situs arsitekturindonesia.org, menuliskan, pada 22 Februari 1953, Pemerintah RI meluncurkan sayembara untuk mencari dan menentukan gagasan rancangan arsitektur masjid nasional.

Kehadiran masjid tersebut dirasa penting sebagai salah satu simbol kebangsaan. Friedrich Silaban akhirnya memuncaki sayembara tersebut. Pada 7 Desember 1954, rancangannya terpilih di antara 27 rancangan yang masuk ke meja panitia.

Dia mengatakan, rancangan Silaban dituangkan dalam 11 lembar gambar pra-rencana dengan tinta di atas kalkir. Garis-garisnya tegas dan digoresakan dengan detail dan rapi.

Namun niat membangun Masjid Istiqlal membutuhkan waktu tidak sebentar karena skala dan bentuk bangunan yang monumental.

Proyek tersebut terkendala oleh keterbatasan dana, banyaknya sumber daya material yang masih harus diimpor, serta terbatasnya ahli pengelolaan proyek. Di samping itu minimnya pengalaman teknis pembangunan berskala besar. Akhirnya dengan segala keterbatasan tersebut, Masjid Istiqlal selesai dibangun pada 1978.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan
Editor : Rustam Agus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro