Sumber Kehidupan
Menenun kain, selain perwujudan ibadah juga menjadi sumber nafkah bagi banyak perempuan Sumba meskipun mereka baru bisa merajut helai demi helai benang setelah selesai mengerjakan tugas rumah tangga.
"Pendapatan kami sangat bergantung pada hasil tenun," ujar Debora Kali, penenun asal Desa Weri B, Kecamatan Kodi Timur, Sumba Barat Daya.
Debora sudah mulai menenun sejak usia 8 tahun dengan cara belajar melihat orang-orang dewasa menenun, tahap berikutnya belajar menggulung benang dan dilakukan setiap hari.
Di kampungnya, menenun lebih banyak dilakukan oleh kaum perempuan tetapi tidak tabu bagi pria, seperti yang terlihat siang itu saat sekelompok pengrajin menenun bersama-sama bukan hanya perempuan, melainkan juga pria, ada yang menggulung benang, ada yang mengikat dan ada yang mulai menenun.
Motif-motif yang sering mereka rajut adalah belah ketupat, mamuli yaitu perhiasan lambang kesuburan yang biasa digunakan sebagai mas kawin atau belis, gambar rumah adat dengan atap gaya Marapu yang runcing, gambar-gambar hewan, seperti kuda, ular, ayam, kura-kura, burung.
Debora yang menggantungkan periuknya pada tenun mengatakan bahwa dirinya bisa menghasilkan selembar kain dalam 1 minggu untuk motif yang sederhana.
Ia juga sanggup menerima pesanan untuk pilihan warna dan gambar.
Maria Kaka, penenun lain juga sudah bergelut dengan benang, alat-alat tenun, seperti pakan, lungsing sejak umur 10 tahun, usia yang ideal untuk mulai belajar.
"Bila sudah besar baru belajar biasanya tidak bisa," katanya sambil memperagakan jemari saat memadatkan benang.