Menghormati Tamu
Orang Sumba membeli tenun ikat tidak hanya untuk dipakai sendiri, tetapi juga membeli untuk hadiah bagi keluarga dan kerabat pada hari-hari khusus dan juga untuk menghormati tamu.
Hari itu Thomas Iwan, warga kota Mataram sedang berlibur ke Sumba dan mengunjungi rumah Ima Nudu, tokoh perempuan dan penggagas pemekaran kabupaten Sumba Barat Daya.
Thomas bersama istri dan dua anaknya masing-masing disambut di ambang pintu dengan penyelempangan kain tenun.
"Baru datang sudah dapat hadiah indah seperti ini," kata istrinya dengan terharu.
Cara menyambut tamu seperti itu merupakan kelaziman. Bila tidak dilakukan, akan membuat tuan rumah merasa tidak enak hati.
Membawa hantaran berupa tenun ikat juga dilakukan untuk menghadiri pernikahan, melayat ke rumah duka, saat bayi lahir, dan peristiwa penting lain.
"Biasanya kami memiliki persediaan kain. Akan tetapi, bila tidak kain akan mudah dibeli di pasar dan di toko-toko," kata Anggriani.
Ia menambahkan bahwa cara tersebut memang menghabiskan uang, tetapi membuat tenun ikat makin lekat memikat hati orang Sumba.
Menggelar festival tenun yang akan diikuti 2.017 penenun tidaklah sulit karena hampir semua perempuan di desa mempunyai kemampuan menenun. Setidaknya hampir di setiap kampung ada pengrajin tenun.
Tenun ikat yang melekat di hati orang Sumba pun kini memikat orang-orang luar Sumba.