Bisnis.com, JAKARTA - Di era milenial saat ini, makin banyak penduduk yang mencari informasi melalui internet.
Selain memiliki website yang sudah menjadi keharusan, rumah sakit juga tak ada salahnya mempertimbangkan untuk memiliki blog.
Pengurus Perhimpunan Informatika Kesehatan Indonesia (PIKIN) dr. Erik Tapan, MHA menyebutkan dari beberapa kali bertemu dan berdiskusi dengan top executive sejumlah rumah sakit, ia menerima jawaban beragam soal perlu tidaknya rumah sakit memiliki blog selain saluran komunikasi lainnya.
Baca Juga AS dan China Boikot Ekspor Korut |
---|
“Ada yang setuju dengan alasan makin banyak channel komunikasi, makin baik. Ada yang masih wait and see. Ada pula yang tidak setuju,” ujar Erik dalam keterangan tertulisnya, Minggu (6/8/2017).
Salah satu alasan ketidaksetujuan, lanjut Erik, karena anggapan bahwa blog tidak terlalu official,” tidak resmi, hanya seperti main-main saja.”
Baca Juga Ini Empat Syarat Investasi Dana Haji |
---|
Betulkah demikian? Menurut Erik, dari hasil penelusuran di internet, ia menemukan bahwa perusahaan-perusahaan besar pun ternyata memiliki blog.
“Bahkan layanan kesehatan seperti Rumah Sakit pun memiliki blog,” ujarnya seraya menyebut sejumlah contoh.
Di antaranya, Erik menyebut http://healthhub.brighamandwomens.org, https://healthbeat.crozerkeystone.org, https://www.rothmaninstitute.com, https://thriving.childrenshospital.org, http://blogs.altru.org.
Erik juga menyebut alamat http://www.arnoldpalmerhospital.com/blog, http://teenology101.seattlechildrens.org, https://www.floridahospital.com/blog, dan http://blogs.jefferson.edu
Erik mentyebutkan, sebagai media komunikasi blog memberi manfaat tersendiri bagi institusi layanan kesehatan seperti Rumah Sakit atau Klinik.
Dibandingkan website dan media sosial lainnya, ujar Erik, blog memiliki keuningkan tersendiri.
“Jika Rumah Sakit telah memiliki social media seperti twitter atau instagram, maka ada keterbatasan jumlah karakter jika ingin menyampaikan tulisan atau informasi kesehatan. Jadi dengan adanya blog, keterbatasan tersebut bisa teratasi. Meskipun sudah semakin sedikit orang yang senang membaca tulisan yang panjang, namun bagi yang memerlukannya, kadangkala tetap ingin membaca tulisan yang lebih panjang daripada apa yang bisa dimuat di instagram apalagi twitter,” ulas Erik.
Dengan penggunaan istagram, Erik menambahkan, pengelolaan blog institusi kesehatan tidak akan merepotkan seperti dibayangkan kebanyakan orang.
“Dengan menggunakan instagram, posting bisa langsung/otomatis di share via social media,” ujarnya.
Dia menambahkan, berdasarkan pengalaman dirinya, tulisan yang sama jika dimuat di fanpage dan blog saat dicari melalui Google akan menghasilkan hal yang berbeda. Tulisan di blog lebih mudah ditemukan Google daripada tulisan di fan page Facebook.
“Salah satu keunggulan Internet adalah bisa mencari tulisan-tulisan jika diperlukan, kapan dan di mana saja. Jadi suatu saat jika ada pasien atau pun calon pasien ingin mencari tulisan yang sesuai dengan gejala atau penyakit yang dideritanya, maka tulisan di blog bisa lebih mudah muncul dari pada di fanpage,” ujar Erik.
Untuk membuktikannya, Erik mempersilakan siapa pun mencoba langkah berikut.
Silakan masukan nama dokter di mesin pencarian Google. Usahakan masukan nama dan gelar dokter selengkap mungkin, jika mengetahuinya, agar mesin pencarian memberikan hasil yang lebih spesifik.
Hasilnya, Google akan memunculkan website-website rumah sakit di mana dokter itu praktik, Google juga akan memunculkan blog-blog di mana tulisan dokter itu dimuat.
Namun, berbeda dengan blog, “halaman fan page jarang muncul,” ujar Erik.