Bisnis.com, JAKARTA-- Nama Wawan Sofwan sudah cukup dikenal di dunia seni pertunjukan. Wawan merupakan sutradara dan penulis naskah untuk sejumlah pentas teater dan juga pemain monolog.
Belum lama ini, Wawan kembali menunjukan kemampuannya dalam pementasan yang bertajuk Monolog Bung Karno: Besok Atau Tidak Sama Sekali di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Minggu (13/08/2017).
Monolog berdurasi 60 menit ini mengisahkan Sukarno menjelang pembacaan teks proklamasi. Monolog ini mengisahkan sebuah malam menjelang pembacaan teks proklamasi, Sukarno merenungkan kembali perjalanan perjuangannya dalam membebaskan Indonesia dari belenggu penjajahan. Apa itu bangsa? Apa itu kemerdekaan? Berbagai pertanyaan lainnya diangkat dalam monolog ini.
Setelah kekalahan Jepang dari sekutu, para Bapak Bangsa Indonesia merasa kalau tidak melakukan sebuah tindakan revolusioner, maka kemerdekaan yang sudah di depan mata akan terlepas.
Acara kemudian ditutup dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan secara lantang oleh para penikmat seni di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.
Wawan mengatakan, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengetahui betul tentang perjuangan bangsa ini untuk bebas dari bentuk penjajahan.
Melalui pementasan ini, Wawan berharap dapat menginspirasi banyak orang, terutama generasi penerus bangsa.
"Dengan pementasan ini semoga kita semua, khususnya generasi penerus untuk meneladani semangat juang Bung Karno dan meneruskan perjuangan para pahlawan untuk Indonesia yang lebih baik ,” ujarnya dalam keterangan pers.
Seperti diketahui, sejak 1994, Wawan aktif di panggung pertunjukan dengan mendirikan sebuah kelompok teater Mainteater. Kelompok ini dibentuk untuk melatih dirinya sebagai seorang sutradara dan mengakomodasi monolog pertamanya Oknum.
Pada 2002, Wawan membawakan monolog Bung Karno untuk pertama kalinya di Moskow, Rusia, saat mendapatkan beasiswa dari Yayasan Bung Karno.
Dari Moskow itulah Wawan membawa monolog Bung Karno ke Jerman dan Belanda. Selain Bung Karno, Wawan kerap mengangkat tokoh lain seperti Raden Ajeng Kartini, Tan Malaka, dan Inggit Garnasih dalam garapan-garapan monolognya.