Bisnis.com, JAKARTA - Tak dapat dipungkiri, pendidikan adalah hal yang penting. Dengan pendidikan, seseorang akan lebih baik dalam berpikir, menyelesaikan masalah, cara pandang, hingga menaikkan status sosialnya.
Beberapa negara menggratiskan pendidikan bagi masyarakatnya, Indonesia termasuk negara dengan biaya pendidikan tidak murah. Biaya pendidikan ini kerap menjadi maslaah tersendiri bagi para orang tua.
Oleh sebab itu banyak orang melakukan perencanaan untuk dana pendidikan anak. Namun, tidak sedikit juga yang gagal walaupun sudah melakukan perencanaan. Lantas apa saja kesalahan yang sering membuat gagal perencanaan dana pendidikan?
Baca Juga DPR Harus Desak Setya Novanto Mundur |
---|
Perencana keuangan sekaligus District Manager PT. Commonwealth Life Irshad Wicaksono Ma'ruf menyampaikan catatan berikut:
Tidak Melakukan Perencanaan
Hal inilah yang paling fatal karena tanpa perencanaan maka tidak ada gambaran seberapa besar biaya pendidikan di masa depan. Inflasi biaya pendidikan di Indonesia sekitar 15% sampai 20 % per tahun. Sebagai ilustrasi uang Rp1 juta dengan inflasi 15% per tahun dalam waktu 10 tahun bisa meningkat empat kali lipat.
Sedangkan uang Rp1 juta dengan inflasi 20% pertahun dalam waktu 18 tahun peningkatannya bisa mencapai 27 kali lipat. Dengan data ini, sudah terbayang kan seberapa besar dana yang harus disiapkan untuk pendidikan putra-putri Anda.
Terlambat Memulai Perencanaan
Kesalahan dalam merencanakan dana pendidikan anak yang paling umum adalah terlambat. Keterlambatan tersebut terjadi bukan karena orang tua tidak sadar pentingnya perencanaan, melainkan karena orang tua menunda.
Misalnya, uang untuk pendidikan digunakan membeli mobil terlebih dahulu. Atau, menunda karena si anak kuliahnya masih belasan tahun lagi. Kemudian seorang ayah berkata, biaya pendidikannya biar diurus ibunya. Adapun sang istri, menyerahkan urusan investasi ke suaminya.
Intinya jangan pernah menunda dalam merencanakan pendidikan anak. Bahkan kalau bisa sekarang saat sebelum menikah biaya pendidikan anak direncanakan. Sebab, perencanaan bila dilakukan segera maka hasilnya akan lebih baik.
Mengabaikan Inflasi
Ada beberapa orang yang salah melakukan perencanaan dana pendidikan karena mengabaikan faktor inflasi atau kenaikan biaya pendidikan. Rata-rata kenaikan biaya pendidikan di Indonesia adalah 15% – 20% per tahun. Ada beberapa sekolah yang mengalami kenaikan 10% per semester atau setara dengan 21% per tahun.
Perhitungannya akan jauh lebih rumit, jika orang tua ingin menyekolahkan anak ke luar negeri. Selain orang tua perlu mempertimbangkan kurs rupiah terhadap mata uang negara setempat, juga perlu mempersiapkan biaya hidup di negara tersebut.
Salah Menentukan Waktu
Terkadang ada orang tua yang salah menentukan perkiraan antara waktu dan biaya yang dibutuhkan. Ketika Anda menentukan periode waktu, perlu disesuaikan dengan umur anak saat ini. Jika anak Anda masih bayi berusia 0 tahun, maka sedikitnya ada lima tahapan waktu yang harus diperhatikan.
Masuk playgroup dan taman kanak-kanak, sekitar tiga tahun dari sekarang harus direncanakan. Anda perlu menggunakan strategi investasi tujuan jangka menengah.
Untuk masuk sekolah dasar, sekitar enam tahun dari sekarang. Anda perlu menggunakan strategi investasi tujuan jangka menengah dan panjang.
Masuk sekolah menengah pertama, sekitar 12 tahun dari sekarang. Anda perlu menggunakan strategi investasi tujuan jangka panjang.
Kemudian masuk sekolah menengah atas, sekitar 15 tahun dari sekarang. Anda perlu menggunakan strategi investasi tujuan jangka panjang.
Selanjutnya masuk kuliah S1, sekitar 18 tahun dari sekarang. Anda perlu menggunakan strategi investasi tujuan jangka panjang.
Jika Anda salah atau meleset terlalu jauh dalam menentukan jumlah dan waktunya, dapat menimbulkan kerepotan. Umpamanya, untuk dana pendidikan masuk playgroup Anda malah berinvestasi saham dan ternyata hasil investasinya belum sesuai yang diharapkan. Tempatkan investasi Anda pada instrumen investasi yang tepat pada waktu yang diinginkan.
Menabung atau Berinvestasi Terlalu Sedikit
Dalam melakukan perhitungan, idealnya Anda menggunakan asumsi-asumi yang realistis atau cenderung konservatif. Contohnya, berdasarkan rencana yang telah dibuat, seharusnya Anda berinvestasi sebesar Rp4 juta per bulan. Nah sekarang Anda hanya berinvestasi sebesar Rp 2 juta per bulan.
Berinvestasi Tanpa Rencana
Anda juga perlu mengetahui sebaiknya menabung atau berinvestasi di produk apa? berapa jumlahnya? dan kapan waktunya? Banyak sekali produk-produk keuangan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan dana pendidikan anak. Mulai dari tabungan pendidikan berjangka, deposito, asuransi pendidikan, reksadana dan produk investasi lainnya.
Dalam berinvestasi jangan fokus ke produknya tetapi fokuslah ke strateginya.