Bisnis.com, JAKARTA - Desa Wisata Gamplong di Yogyakarta, dikenal sebagai desa pengerajin tenun. Tidak sekadar membeli, pengunjung juga bisa merasakan bagaimana caranya membuat kain itu.
Ketua Pengelola Desa Wisata Gamplong Waludin mengatakan, pelatihan ini dibuka untuk melestarikan tenun. Sekarang ini, menurutnya, jumlah pengerajin tenun semakin berkurang. Bahkan boleh dikatakan sudah tidak ada.
“Tradisi ini turun temurun sehingga harus dilestarikan. Maka dari itu kami buka pelatihan ini untuk mengenalkan kepada khalayak tentang tradisi ini,” ujarnya, Senin (30/10/2017).
Dia menjelaskan, selain bisa belajar menenun, ketika ikut pelatihan peserta juga bisa mengenal bahan-bahan baku serat alami yang ramah lingkungan. Bagi wisatawan asing, kegiatan ini sangat diminati.
“Biayanya Rp150 ribu per orang. Si peserta nanti dikasih satu mesin tenun, terserah mereka mau tenun dapat berapa.
Di pelatihan ini, peserta nantinya mendapat materi menenun dari benang, serta menenun dari serat alam. Kadang, ujarnya, peserta juga ada yang membawa bahannya sendiri dan menenunnya di sini.
“Tantangannya paling masalah ketekunan. Ikut pelatihan hanya sekali, tidak berlanjut. Peminatnya kurang. Sedangkan pengerajinnya semakin berkurang, tidak ada regenerasinya.”
