Bisnis.com, JAKARTA – Sebuah studi di Neuroscience News yang dilansir dari timesofindia menunjukkan bagaimana seseorang bisa bersikap agresif tanpa mengetahui alasan penyebabnya.
Tiba-tiba saja dia menjadi kehilangan kendali tanpa menyadarinya.
Perilaku agresif mungkin timbul berdasarkan penyebab tertentu, seperti stres, kelelahan, ketidakseimbangan hormon, atau kondisi kekejiwaan, kecemasan hingga depresi.
Keadaan emosional yang ekstrim menjadi alasan bagi otak untuk beradaptasi dengan situasi karena ini dapat membuat individu melakukan tindakan agresif tanpa kesadaran.
Faktor yang mendasari terhadap perilaku agresif
1. Stress dan frustasi
Stress dalam masalah pribadi atau masalah kerja dapat menyebabkan iritabilitas dan reaksi agresif. Ditemukan melalui penelitian bahwa stress intens memprovokasi reaktivitas emosional, yang pada gilirannya mengambil bentuk agresi.
2. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
Sebuah studi dalam journal of studies tentang “alkohol dan obat-obatan” mengekplorasi bagaimana konsumsi alkohol berkontribusi terhadap perilaku agresif, terutama mengenai kekerasan dalam rumah tangga dan konflik sosial.
3. Ketidakseimbangan hormon
Menurut organisasi kesehatan dunia, tingkat tinggi ata testosteron yang berfluktuasi dengan perilaku lekas marah, implusif, dan agresif.
Sesuai dengan kesimpulan yang telah disebutkan diatas, penelitian juga menunjukkan bahwa kasus kadar testosteron yang tidak berkembang atau tinggi, hal itu mempengaruhi respon agresif.
4. Masalah Sosial
Pengalaman pelecehan, kekerasan, dan penelantaran di masa kanak-kanak dapat berdampak jangka panjang pada respons emosional dan memengaruhi perilaku agresif di kemudian hari.
Laporan WHO mengenai ACE melacak hubungan antara kekerasan pada masa kanak-kanak dan penelantaran serta peningkatan agresi, kekerasan agresif, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan bahkan kejahatan di masa dewasa.
5. Genetika
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa agresi mempunyai tanggung jawab genetik. Namun, hubungan ini tidak konklusif, karena beberapa penanda genetik membuat orang cenderung memiliki gaya respons agresif. Secara khusus, gaya respons agresif meningkat ketika lingkungan dipengaruhi oleh stres. Studi McDermot, “Konstribusi Genetik dan Lingkungan terhadap Agresi” menjelaskan bagaimana faktor genetik dan lingkungan berkontribusi terhadap perilaku agresif. (Tesalonika Loris)