Bisnis.com, JAKARTA – Rupanya perlu ada pendekatan khusus untuk mengenalkan sejarah bagi generasi milenial. Alasannya, generasi yang identik dengan istilah Kids Zaman Now ini dikenal cenderung lebih senang membaca sosial media ketimbang membaca buku sejarah.
Pendiri Komunitas Historia Indonesia Asep Kambali mengatakan, ada trik dan strategi untuk mengenalkan sejarah kepada generasi milenial. Trik dan strategi itu tentunya harus menggunakan alat-alat yang memang sesuai dengan zaman sekarang. Misalnya, dengan menggunakan media sosial.
Generasi milenial ini memang sangat akrab dengan sosmed, mereka tidak bisa lepas barang sedikitpun. “Kita bisa mesti rajin mengunggah konten-konten sejarah di Instagram, misalnya. Sifatnya mungkin informatif. Atau kita posting konten hiburan tetapi memuat pesan-pesan sejarah,” ujarnya, Jumat (15/12/2017).
Asep menambahkan pengenalan sejarah saaat ini harus betul-betul memanfaatkan teknologi informasi. Pasalnya di zaman serba digital ini semua orang dapat mengakses informasi dalam satu genggaman.
Di tengah era digital ini, ada peluang bagi pihak yang tertarik terhadap sejarah untuk mengembangkan aplikasi-aplikasi kesejarahan. Atau, museum-museum digital sehingga dapat diakses dari manapun dan kapan pun.
Dia melanjutkan, konten-konten sejarah harus disesuaikan dengan karakteristik generasi milenial yang maunya serba instan. Dalam hal ini, sejarah tidak hanya disajikan secara tekstual tetapi harus disertakan dengan analogi atau contoh-contoh agar mudah dimengerti dan mengasyikan. “Jadi sejarah harus dikemas dengan konten-konten kekinian.”
Contoh lain yang dapat digunakan untuk mengenalkan sejarah kepada milenial adalah kegiatan reenactmen (kegiatan rekonstruksi ulang peristiwa). Saat ini banyak bermunculan komunitas-komunitas reenactor yang menggelar kegiatan berupa reka ulang peristiwa-peristiwa sejarah.
Asep mengatakan, orang mempelajari sejarah mesti butuh visual. Nah reenactmen ini salah satu cara yang efektif memvisualkan sejarah. Dengan begitu, peristiwa sejarah yang disampaikan akan lebih tersampaikan dibandingkan dengan hanya membaca.
Bahkan, dia menyarankan perhelatan 17 Agustusan lebih baik diisi dengan kegiatan reenactmen ketimbang lomba-lomba panjat pinang atau makan kerupuk. Dengan reenactmen, orang akan makin kenal dengan sejarahnya. Sementara panjat pinang dan makan kerupuk hanya sebatas senang-senang.
“Reenactor dan kontennya sebenarnya sangat ampuh menyampaikan informasi sejarah dengan mudah.
Dia menambahkan, selain itu pengenalan sejarah lewat film bisa jadi cara yang ampuh mengenalkan sejarah. Asep berkaca pada keberhasilan film-film Hollywood yang mengangkat tema-tema sejarah Amerika sehingga masyarakat dunia dapat mengetahui sejarah mereka. Pekerjanaan rumahnya adalah tinggal bagaimana sineas-sineas Indonesia membuat film-film Indonesia bertemakan sejarah yang berkualitas.