Bisnis.com, JAKARTA--Di manapun berada, kerap kita menjumpai orang-orang yang selalu lengket dengan gawainya. Sambil berjalan main hape, sambil duduk main hape, sambil menunggu main hape, sambil mengobrol main hape, sambil apapun main hape.
Jika ditelisik, rupanya kebanyakan dari mereka tidak bisa lepas dari kebiasaan mengecek media sosial (medsos) sekalipun tidak ada notifikasi baru yang masuk ke akun mereka. Ada yang bilang, ponsel pintar membantu mereka tidak ‘mati gaya’.
Berdasarkan laporan statistik Digital In 2017 Growth Overview yang dilansir baru-baru ini, orang Indonesia ternyata menghabiskan waktu rata-rata 3 jam 16 menit per hari untuk ‘main medsos’. Itu merupakan salah satu indikator penggunaan internet yang cukup intensif di Tanah Air.
Akan tetapi, aktivitas lain yang juga sering dilakukan masyarakat Indonesia di ponselnya adalah berselancar di toko daring. Menurut data Time on Site dari SimilarWeb, orang Indonesia menghabiskan rerata 4 menit 9 detik dalam sekali kunjungan ke situs perdagangan elektronik.
Statistik tersebut dihimpun dari pantauan terhadap 30 situs belanja online ternama di dalam negeri. Dari riset tersebut, dapat diketahui ternyata Shopee, Mapemall, dan Berrybenka adalah jejaring-jejaring yang mampu membuat pengunjung betah berlama-lama di situs mereka lebih dari 5 menit.
Rata-rata pengunjung Shopee menghabiskan waktu 9 menit 34 detik untuk berselancar atau bertransaksi. Sementara itu, pengunjung Mapemall dan Berrybenka masing-masing meluangkan waktu rata-rata 8 menit 2 detik dan 6 menit 39 detik.
Lantas, mengapa sebenarnya pengguna internet di Indonesia gemar berlama-lama mengunjungi toko daring? Rupanya, ada beberapa alasan yang membuat seseorang betah menjelajahi sebuah media dalam jaringan.
Dikutip dari data mesin pencari Bing, sebuah situs dianggap baik jika pengguna menghabiskan minimal satu atau dua menit untuk berselancar. Jika di bawah satu menit, tandanya situs tersebut tidak memberikan konten yang dicari atau diinginkan pengguna.
Sebaliknya, jika waktu kunjungan mencapai lebih dari dua menit, hal tersebut merupakan indikasi bahwa situs yang bersangkutan memiliki konten yang sangat baik (outstanding) karena pengguna mau mengonsumsi konten dalam tempo yang cukup lama.
Content Marketer iPrice Group, Indah Mustikasari, menjelaskan rata-rata waktu kunjungan situs yang tinggi merefleksikan ketatnya persaingan bisnis perdagangan elektronik di Indonesia. “Masing-masing toko online kini berlomba-lomba menarik kunjungan dengan menyuguhkan konten yang relevan dengan tujuan terjadi transaksi di situs mereka,” ujarnya pada Bisnis.
Dia mengatakan toko online dengan konten yang lengkap dan tampilan yang menarik adalah dua faktor utama yang menjadikannya magnet bagi konsumen. Selain Shopee, Mapemall, dan Berrybenka; situs e-commerce yang diklaim user friendly adalah Tokopedia dan Zalora.
“Shopee adalah marketplace C2C yang memiliki pertumbuhan pesat sejak 2016. Salah satu kelebihannya adalah jumlah dan ragam produknya dengan harga yang sangat bersaing. Banyaknya produk membuat pengguna leluasa mencari barang yang diinginkan hingga akhirnya terjadi transaksi,” jelas Indah, mengacu pada hasil penelitian tim analisnya.
Selain itu, banyaknya produk Shopee juga merupakan dampak dari pertumbuhan jumlah penjual (seller) yang semakin hari semakin bertambah untuk menawarkan barang dan jasa dagangan mereka melalui situs tersebut.
Tidak hanya itu, lanjunya, layanan ongkos kirim gratis juga disinyalir sebagai faktor lain yang membuat konsumen Indonesia tertarik datang dan melihat-lihat barang yang dicari mereka di situs Shopee.
Toko Fesyen
Jika ditelah lebih jauh, lima besar situs perdagangan elektronik yang paling memikat peselancar daring di Indonesia didominasi oleh kategori fesyen. Termasuk di antaranya adalah Mapemall, Berrybenka, dan Zalora.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa toko online berbasis fesyen cenderung menyuguhkan konten lebih menarik untuk membuat pelanggan betah dan nyaman saat berselancar. Salah satu trik yang paling sering digunakan adalah dengan menampilkan foto model ala editorial Vogue di halaman depan (home page).
“Selain itu, halaman daftar produk mereka tidak main-main. Setiap produk fesyen yang dijual benar-benar difoto menggunakan studio profesional, lengkap dari semua sisi. Model yang dipilih juga memberikan impresi kepada pelanggan betapa stylish-nya produk fesyen yang dijual.”
Indah berpendapat dalam peperangan untuk menggaet waktu kunjungan, situs e-commerce lebih banyak bermain dengan estetika halaman serta fasilitas teknis lain seperti seperti interface website yang mudah dipahami, ulasan konsumen yang positif, serta kecepatan loading.
Namun, pertanyaan selanjutnya adalah apakah waktu kunjungan toko online yang cukup panjang di Indonesia berbanding lurus dengan tingginya transaksi di berbagai situs perdagangan elektronik?
“Jawabannya belum tentu. Sebab, jika dibandingan dengan Singapura, rata-rata waktu kunjungan mereka ke toko online adalah 4 menit 22 detik. Konsumen Singapura juga pelaku transaksi daring nomor satu di Asia Tenggara. Kita masih kalah dengan Negeri Singa,” klaim Indah.
Rujukan lain dari penelitian Nielsen pada 2014 membuktikan bahwa 80% konsumen Indonesia hanya mengunjungi toko online untuk meihat review atau ulasan produk yang diinginkan sebelum membelinya secara offline.
Hal tersebut sebenarnya merupakan cerminan betapa masih banyak masyarakat Indonesia yang berlum percaya sepenuhnya dengan sistem transaksi daring yang dan memberikan informasi kartu kredit atau debit mereka.
Pada 2014, ada sekitar 5,9 juta konsumen Indonesia yang melakukan transaksi secara online. Angka tersebut sekilas terlihat banyak, tetapi sebenarnya hanya mencakup 8% dari total 83 juta pengguna yang melakukan kunjungan ke situs perdagangan elektronik.
Menurut analis DBS Bank, Tiesha Putri, tahun ini ada peluang jumlah transaksi online di Indonesia akan semakin meningkat. Pasalnya, konsumsi rumah tangga yang sempat terpuruk tahun lalu diprediksi kembali pulih pada 2018.
Dia mengatakan salah satu gejalanya adalah peningkatan optimisme konsumen yang tercermin dari Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Desember 2017 pada level 126,4 poin.
“Pada kuartal III/2017, konsumsi rumah tangga turun menjadi 4,93% dari level 4,95% kuartal sebelumnya. Namun, kondisi ini diperkirakan membaik pada 2018. Dengan pemerintah yang cenderung lebih populis, saya prediksi tingkat konsumsi akan meningkat secara berkala.”
Jumlah transaksi daring di Indonesia terus mengalami pertumbuhan sejalan dengan perkembangan ekonomi digital di Tanah Air. Pada 2017, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengonfirmasi jumlah pengguna internet yang melakukan transaksi online mencapai 24,73 juta orang dengan nilai belanja menembus Rp75 triliun.
Angka tersebut cukup fantastis untuk pasar Indonesia. Namun, harus diakui, masih banyak konsumen di dalam negeri yang belum terjamah manfaat revolusi ekonomi digital. Hal itu terlihat dari rasio antara jumlah pengguna internet yang hanya mencapai 51% dari total penduduk.
Rasio tersebut masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (71%) dan Thailand (67%). Pun demikian, Indonesia masih memiliki potensi pasar online yang sangat besar dan perlu untuk dipacu terutama melalui investasi infrastruktur teknologi informasi oleh pemerintah.
Toko Daring:
Rata-Rata Waktu Kunjungan:
Shopee
9:34
Mapemall
8:02
Berrybenka
6:39
Tokopedia
5:54
Zalora
5:49
Dinomarket
5:32
Bukalapak
5:30
Bro.do
5:15
Mataharimall
5:09
Jakmall
4:54
Lazada
4:30
VIP plaza
4:29
Hijup
4:27
Sale Stock ID
4:19
Weshop
4:08
Blanja
4:07
Sociolla
4:06
Tees.co.id
3:54
Hijabenka
3:40
JD.ID
3:37
Bhinneka
3:15
Bobobobo
3:10
Qoo10
2:56
AliExpress
2:43
Blibli
2:36
Otten Coffee
2:27
Elevenia
2:15
Livaza
2:12
Alfacart
1:50
Orami
1:45
Sumber: SimilarWeb, 2018