Bisnis.com, JAKARTA - Bayi memiliki gerakan usus pertama mulai hari pertama kehidupan dan berlangsung selama beberapa hari.
Selama di dalam rahim, bayi mengeluarkan kotoran atau feses, yang disebut dengan istilah mekonium, yang umumnya berwarna hitam pekat atau hijau.
Setelah mekonium dikeluarkan, feses bayi akan berubah menjadi kuning-hijau. Normalnya, mekonium baru akan dikeluarkan tubuh bayi saat dia mulai mengonsumsi makanan padat pertama.
Pada bayi yang diberi susu formula, mekonium lebih cepat dikeluarkan. Selain itu, feses bayi dengan susu formula berwarna kuning.
Pada kondisi stres di dalam kandungan, misalnya, akibat kekurangan kadar oksigen, bayi akan mengeluarkan mekonium. Umumnya, feses bayi yang mengonsumsi ASI teksturnya encer seperti mustard dengan butiran biji.
Feses bayi yang keras atau sangat kering merupakan tanda bahwa dia tidak mendapatkan cukup cairan atau kehilangan terlalu banyak cairan karena sakit, demam, atau panas.
Begitu mulai padat, feses yang keras menunjukkan bahwa bayi terlalu banyak makan, seperti sereal atau susu sapi, serta sistem pencernaan tubuhnya belum kuat dan sempurna.
Susu sapi murni tidak dianjurkan untuk bayi di bawah umur 12 bulan. Frekuensi buang air besar bayi berbeda antara satu dan yang lain. Ada bayi yang buang air setiap setelah makan. Hal ini merupakan hasil dari refleks gastrokolik, sistem pencernaan menjadi aktif setiap kali perut diisi dengan makanan.
Pada usia 3-6 minggu, jika bayi ASI hanya mengeluarkan feses sekali dalam seminggu adalah hal yang normal. Sebab, protein ASI terserap dengan baik dan sedikit limbah padat yang harus dikeluarkan sistem pencernaan.
Dengan demikian, feses jarang terbentuk bukan pertanda sembelit dan bukan masalah asalkan feses tetap encer, berat badan bertambah, dan tetap menjalani perawatan bayi secara teratur.
Untuk bayi yang sudah diberi susu formula, minimal harus mengeluarkan feses sekali dalam sehari. Jika kurang dan tampaknya berusaha saat mengeluarkan feses yang keras, kemungkinan bayi mengalami sembelit. Segera konsultasikan dengan dokter anak. Demikian dilansir Healthy Children.