Bisnis.com, JAKARTA - Kemajuan teknologi yang sangat pesat, khususnya di bidang teknologi informasi telah mengubah gaya hidup manusia dari generasi ke generasi.
Kehadiran internet of things, smart city, big data, dan artificial intelligence telah mengubah cara pandang dan cara berpikir. Bahkan, akselerasi neuron otak dalam merespons setiap perubahan dan kemajuan teknologi informasi tersebut.
Manusia Indonesia saat ini berada di tengah lingkungan yang terus berubah. Inilah era disebut sebagai volatility, uncertainity, complexity, ambiguity (VUCA).
Tauhid Nur Azhar, Board of Honor, Neuronesia Community, mengungkapkan bahwa kehadiran Manusia 4.0 pada era milenial sangat penting. Kehadiran Manusia 4.0 di era disruptif sangat mutlak dibutuhkan.
Dengan demikina, agar nantiasa dapat bersaing secara global, meningkatkan mutu kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang sangat krusial.
Dia menjelaskan bahwa mesin dan manusia semakin menyatu atau tersintesa. Kini, sebagian pekerjaaan manusia sudah mulai digantikan oleh mesin. Misalnya, di Bandara Changi yang baru mesin sudah menggantikan peran manusia.
Menurutnya, pada era 1.0 pada saat pengetahuan masih sederhana manusia sangat bergantung pada kemurahan alam. Pada era 2.0 keberadaan otak manusia mulai berkembang dengan hadirnya ilmu pengetahun, kemudian era 3.0 peradaan semakin maju dengan hadirnya teknologi informasi, selanjutnya era 4.0 perkembangan teknologi digital dan gadget semakin massif.
"Akan tetapi, kami yakin keberadaan manusia tidak akan bisa digantikan sepenuhnya. Sebagai kreator manusia masih mempunyai kemampuan untuk melakukan kreasi ulang," tegasnya.
Dia menjelaskan bahwa sebagian fungsi otak manusia masih unboxing sehingga memungkinkan untuk mengkreasi sesuatu yang baru lagi.
Bambang Iman Santoso, Co-Founder dan CEO dari PT Neuronesia Neurosains Indonesia, menjelaskan bahwa adaptasi otak manusia sangat cepat tetapi belum dikembangkan.
Dia mencontohkan dahulu manusia hanya hidup berdasarkan pada belas kasih alam. Mereka hidup berburu dan meramu. Setelah ditemukan api, menurutnya, terjadi revolusi besar dalam peradaban manusia.
Dia mengungkapkan bahwa terkait dengan HUT Neuronesia ke-3, komunitas pencinta ilmu neurosains menyelenggarakan seminar dan diskusi panel dengan tema Manusia 4.0 – Digital Millennial Brains, Sabtu (7/4)di Hotel Diradja, Jakarta Selatan.
Melalui ilmu neurosains dan disiplin ilmu lainnya diharapkan dapat membantu menjelaskan proses perubahan itu terjadi secara ilmiah. Selain itu, melalui ilmu neurosains, diharapkan dapat mewujudkan visi misinya, yaitu Indonesia Cerdas Berahlak Mulia.
Neurosains adalah ilmu yang khusus mempelajari tentang otak dan dinamikanya. Otak merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan kita. Bagian yang terkecil dari otak disebut neuron (sel saraf), yang terdiri atas badan sel dan kabel-kabel yang disebut axon-neuron dan dendrit.
"Semua gerakan tubuh kita dikontrol oleh otak. "Kita mau makan, tidur, belajar, berpikir, berperasaan, sampai berpikiran inovatif dan menemukan segala sesuatu, senantiasa dimulai dari otak."
Neurosains mempelajari semua hal yang berkaitan erat dengan fungsi otak, intelektual, dan kesadaran manusia.
“Tujuan menyelenggarakan seminar ini, selain mengingatkan kembali berdirinya komunitas, juga ingin membahas dampak kemajuan teknologi dan perubahan lingkungan yang VUCA terhadap otak, pikiran dan perilaku," ujar Bambang.
Selain itu, sambungnya, membahas respons otak, pikiran dan perilaku terhadap perubahan kemajuan teknologi di setiap generasi. "Meningkatkan kesadaran pentingnya ilmu neurosains terutama era zaman now yang bersifat disruptif," kata Bambang.
Relationship
Indonesia Butuh Manusia 4.0 Guna Bersaing Secara Global
Penulis : Bambang Supriyanto
Editor : Bambang Supriyanto