Jemaah tengah berada di Mina, Arab Saudi, pada pelaksanaan ibadah haji 2017/Reuters-Suhaib Salem
Health

Suhu Bisa Capai 53 Derajat Saat Musim Haji, Waspadai Penyakit Ini

Dewi Andriani
Minggu, 15 Juli 2018 - 12:48
Bagikan

Suhu di Arab Saudi pada musim haji tahun ini diperkirakan mencapai 53 derajat celcius. Terbilang sangat tinggi dibandingkan temperatur normal suhu tubuh manusia yaitu 37 derajat celcius.

Panasnya suhu di Arab Saudi berisiko memunculkan penyakit heat stroke atau stroke karena kepanasan. Istilah tersebut memang masih asing di telinga sebagian besar masyarakat Indonesia.

Lalu apa sebetulnya heat stroke? Dokter spesialis penyakit dalam Ari Fahrial mengatakan heat stroke merupakan suatu keadaan ketika tubuh terpapar suhu yang sangat panas di luar batas toleransi suhu tubuh manusia dalam jangka waktu yang cukup lama.

Dalam kondisi yang sangat panas tersebut, mekanisme alami tubuh manusia untuk mendinginkan suhu tidak berhasil sehingga dapat mengalami dehidrasi. Heat stroke ini meyerang fungsi otak. Siapapun yang terserang akan mengalami kerusakan fungsi otak dan jika parah akan mengalami kerusakan fungsi organ lainnya.

“Kalau panasnya di luar tinggi, akan menyebabkan dehidrasi dan pengurangan cairan yang banyak. Dehidrasi tersebut akan mengganggu elektrolit pasien sehingga bisa menyebabkannya tidak sadar kalau kekurangan cairan atau yang bisa disebut heat stroke,” ujarnya.

Heat stroke ini memang dapat menyerang siapa saja. Tetapi para jamaah dengan usia lanjut apalagi memiliki riwayat penyakit kronis akan lebih berisiko terserang heat stroke.

“Dalam kondisi tersebut biasanya jantung akan bekerja lebih cepat, dan tekanan darah akan naik yang bisa menyebabkan berbagai penyakit kronis akan kambuh kembali,” tuturnya.

Menurut Ari, ciri-ciri penderita heat stroke adalah merasa sangat kehausan karena dehidrasi atau suhu tubuh bisa meningkat hingga mencapai 40 derajat celcius. Dalam suhu yang tinggi tersebut, penderita biasanya akan sulit mengeluarkan keringat sehingga bisa menyebabkan kulit memerah di beberapa bagian tubuh. Kulit tersebut akan terasa panas dan kering.

Selain itu, penderita juga akan merasa mual atau muntah-muntah serta kepala terasa pusing yang bisa menyebabkannya pingsan atau tidak sadarkan diri.

“Terutama menyerang para orang tua. Oleh karena itu, dalam kondisi begini harus selalu menjaga kesehatan. Tubuh harus terus dibasahi dengan membawa handuk basah dan penyemprot wajah, banyak minum putih sehingga tubuh akan merasa dingin terus.”

PROSES MOBILISASI

Menurutnya, untuk menghindari paparan sinar matahari langsung, para jamaah harus memakai masker dan payung ketika berada di luar ruangan. Selain itu, perlu mengatur waktu. Usahakan berada di ruangan terbuka saat subuh atau di malam hari, jangan saat matahari sedang terik.

“Atur waktu proses mobilisasi dari masjid, baik Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram ke hotel saat suhu tidak tinggi. Hindari bepergian saat siang. Atau ketika berada di Arafah atau Mina, jangan lupa untuk kenakan sorban atau kain lainnya. Dan istirahat yang cukup.”

Ketika sudah menunjukan tanda-tanda gangguan yang berhubungan dengan panas, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari tempat yang lebih dingin atau teduh serta hindari paparan langsung sinar matahari.

Lepaskan juga seluruh atribut-atribut pakaian yang tidak diperlukan sehingga dapat mengurangi panas yang ada di dalam tubuh. Jangan lupa minum air putih yang banyak tetapi hindari air yang terlalu dingin. Jangan pula minum obat-obatan penghilang nyeri.

Segera hubungi tim medis yang telah disiapkan oleh pemerintah. Menurut, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian kesehatan Eka Jusup Sinka akan ada 300 personel tenaga medis yang disiapkan untuk mendampingi sekitar 221.000 jamaah haji dari Indonesia yang siap diberangkatkan.

Selain itu, akan disiapkan pula 7 ton obat-obatan dari berbagai macam jenis penyakit untuk mengantisipasi jika jamaah haji mengalami gangguan kesehatan. Sementara itu, untuk melindungi para jamaah dari sengatan matahari dan suhu yang sangat panas, pemerintah akan membekali para jamaah haji dengan berbagai perlengkapan mulai dari kacamata ultraviolet, paying, topi, botol minum, masker, dan semprotan muka.

“Kacamata hitam supaya pelindung diri dari debu dan cuaca panas, masker untuk alat melindungi diri. Disiapkan juga 20.400 sandal yang akan dibagikan karena jamaah biasanya suka kehilangan sandal di masjid karena mungkin lupa. Jangan sampai jalan dengan kaki telanjang karena akan membuat kaki melepuh,” ujarnya.

Penulis : Dewi Andriani
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro