Bisnis.com, JAKARTA - Penerapan green technology telah mengubah cara pandang warga Indonesia, terutama di kota besar untuk mendukung pelestarian lingkungan. Salah satu perubahan mindset itu, yakni penggunaan bahan-bahan dari kayu dalam konstruksi pembuatan rumah.
Paling tidak, sejak 2004 pemakaian bahan-bahan dari kayu mulai berkurang, dan warga lebih memilih untuk menggunakan bahan dari baja ringan. Kini, kondisi terbalik dengan 1 dasawarsa sebelumnya, yakni mayoritas rumah menggunakan baja ringan.
Dengan kata lain, pemakaian genteng metal & rangka atap baja ringan untuk bangunan sudah sangat populer di kalangan masyarakat.
Hanya saja, hingga kini belum ada lembaga atau badan yang menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi bagi tenaga pemasang genteng metal dan rangka atap baja ringan.
“Padahal keberadaan tenaga pemasang genteng metal dan rangka atap baja ringan sangat vital perannya bagi kekuatan konstruksi struktur rangka atap baja ringan,” ungkap Hengky Prasetia, Retail Marketing Manager PT Tatalogam Lestari.
Perusahaan, sambungnya, ingin memberikan kontribusi kepada masyarakat dalam bentuk penyelenggaran pelatihan dan sertifikasi tenaga pemasang rangka baja ringan dan genteng metal dengan menggandeng Balai Material dan Peralatan Konstruksi Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Hal itu, menurutnya, sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sosial perusahaan PT Tatalogam Lestari yang merupakan produsen terbesar genteng metal dan baja ringan di Indonesia.
Acara pelatihan dan sertifikasi yang bertajuk Sahabat Taso diselenggarakan pada 18 - 19 Juli, di Roofmart, Bekasi. Kegiatan tersebut diikuti sekitar 45 peserta dari aplikator dan tenaga pemasangan baja ringan di Jabodetabek.
Selain di Bekasi, acara serupa juga diselenggarakan di Medan, Sumatra Utara pada waktu yang bersamaan, yang melibatkan 35 aplikator dan tenaga pemasangan baja ringan di wilayah Sumut.
Menurut Hengky, pelatihan dan penerapan sertifikasi tersebut sangat penting dan urgent karena produk yang bermutu akan sia-sia tanpa didukung tenaga pemasang yang berkualitas. “Ada tiga hal penting, yakni bahan baku berkualitas, program pemasangan, dan tenaga pemasangnya,” tegasnya.
Sebagai pemimpin pasar produk rangka baja dan genteng metal, sambungnya, Tatalogam Lestari menilai bahwa sertifikasi tenaga pemasang sangat penting guna mendukung keberlangsungan usaha dan eksistensi produk.
“Kami masuk pasar sejak 1994 dengan produk pertama multiroof atau genteng metal dan sejak 7 tahun terakhir menjadi market leader sehingga menilai perlu untuk mendukung sertifikasi tenaga pemasang,” tegasnya.
Dia menjelaskan bahwa kini perusahaan punya tugas berat untuk melawan produk rangka baja ringan ‘banci’ alias abal-abal dengan kualitas asal-asalan.
“Edukasi penggunaan rangka baja ringan sudah lewat. Selain menjadi kebutuhan, produk rangka baja telah menjadi gaya hidup bagi rumah baru warga urban,” ungkapnya.
Perusahaan, sambungnya, juga berkepentingan untuk memberikan edukasi kepada para tenaga pemasang untuk memahami sejumlah produk ungggulan baru, seperti Domus (rumah permanen instant dari baja ringan), Praktis (kolom metal instant), serta Taso (kaso metal).
Target PUPR
Pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR sangat mendorong peran swasta untuk mendukung penerapan sertifikasi bagi pekerja konstruksi nasional.
Dasdo Yessa, koordinator mobile training unit (MTU) atau unit pelatihan konstruksi keliling dari Balai Material dan Pelatihan Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi PUPR, mengungkapkan bahwa pemerintah telah menggandeng sejumlah mitra untuk melakukan sertifikasi.
“Kami tidak mungkin melakukan sendiri sehingga harus bermitra dengan pemerintah daerah dan perusahaan swasta,” ujarnya.
Kementerian PUPR, sambungnya, menggunakan acara pelatihan tersebut untuk memperkenalkan keberadaan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, khususnya fungsi dan manfaat MTU untuk mempercepat proses sertifikasi para tenaga kerja konstruksi di seluruh Indonesi.
Dia menjelaskan, Kementerian PUPR menargetkan untuk melakukan sertifikasi bagi 7,5 juta tenaga konstruksi dalam 5 tahun. Saat ini, sambungnya, baru terealisasi kurang dari 50% atau sekitar 3,5 juta pekerja yang sudah mengantongi sertifikat.
“Kami menargetkan sertifikasi sudah bisa dilakukan pada tahun depan bagi aplikator dan pemasang rangka baja ringan. Kini, dalam tahapan penyusunan standar kompetensi nasional Indonesia, kemudian kualifikasi, baru sertifikasi,” ujarnya.
M. Kurnianto Mp, salah satu peserta pelatihan Sahabat Taso, mengatakan bahwa pelatihan dan sertifikasi sangat penting bagi pekerja, kendati selama ini sudah mempunyai pelanggan di sejumlah kota.
“Kegiatan pelatihan dan sertifikasi sangat penting. Saya sudah menjadi aplikator 5 tahun tetapi tetap butuh sertifikat untuk lebih mantap mencari konsumen. Selama ini konsumen memakai jasa saya dari mulut ke mulut.”
Fashion
Dampak Green Technology, Mendesak Penerapan Sertifikat bagi Aplikator Rangka Baja Ringan
Penulis : Bambang Supriyanto
Editor : Bambang Supriyanto