Bisnis.com, JAKARTA -- Kampus Bengkel Teater Rendra bukanlah tempat biasa. Sebutan "kampus" yang lebih mirip dengan sekolah alam tersebut terkesan sangat natural dan hidup, kendati sang sastrawan telah meninggal dunia 9 tahun yang lalu.
Ketika Bisnis berkunjung ke Kampus Bengkel Teater Rendra tersebut, terlihat beberapa gedung sederhana yang dikelilingi oleh beragam pepohonan.
Diantaranya, aula paling depan berukuran cukup kecil. Ruangan ini dijadikan sebagai tempat kegiatan workshop dan latihan olah tubuh para murid.
Berjalan ke dalam, di sebelah kiri terlihat sebuah area lapang yang kadangkala digunakan sebagai venue kegiatan outdoor. Di sebelah kiri area lapang itu, terdapat sebuah rumah yang disediakan untuk para murid yang telah berkeluarga.
"Murid-murid berkeluarga mendapat prioritas ruangan. Yang tidak mendapat tempat ya tinggal ngemper di bawah langit," ujar anggota Kampus Bengkel Teater Rendra, Budi Sadewo kepada Bisnis, Minggu (5/8/2018).
Adapun, di sebelah kanan terdapat sebuah perpustakaan yang awalnya berupa gubug. Namun, menurut penuturan Dewo, perpustakaan itu tidak sembarangan dimasuki siapapun.
Ada pula sebuah tempat yang digunakan untuk area memasak. Semua murid mendapat giliran memasak. Sewaktu Rendra masih hidup, dia mengajarkan murid-muridnya untuk dekat dengan alam. Salah satunya untuk urusan memasak, para murid tidak membeli bahan makanan di pasar, melainkan mengambilnya di ladang.
"Semua santri dilatih bersatu dengan alam dimana harus mengnolkan diri. Adapun arti dari nol (0) itu adalah tanpa pamrih," tuturnya.
Sementara bagian dalam terdapat juga gedung sederhana yang disebut sebagai rumah lampung. Rumah ini paling banyak digunakan oleh Rendra dalam menikmati kehidupan, mulai dari mengajar, berbicara banyak tentang keseimbangan hidup, hukum, agama, hingga menjadi tempat beristirahatnya sehari-hari.
Bagian paling belakang, di area seluas kurang lebih 3,8 hektar itu terdapat pemakaman WS Rendra, adik kandungnya, dan beberapa seniman atau sastrawan yang juga merupakan murid dari Rendra.
Anggota Kampus Bengkel Teater Rendra lainnya, Jay A.M sambil mengenang jasa almarhum mengungkapkan, semasa WS Rendra masih hidup, hidupnya tidak punya banyak uang, namun tidak pula kekurangan.
"Mas Willi (nama panggilan WS Rendra bagi sebagian muridnya) itu kekayaannya distributif. Dapat honor dari pentas misalnya, terus dibagi-bagi buat bareng-bareng," ungkapnya.
Intinya, Jay menambahkan, WS Rendra mendidik murid-muridnya untuk hidup survive, totalitas, dan berpihak pada rakyat.
Dalam rangka mengenang 9 tahun pulangnya W.S. Rendra ke kehariban Yang Maha Kuasa, diadakanlah pesta mini bertajuk "Festivalkecil Rendra", tepatnya pada hari ini, Minggu (5/8/2018).
Festival itu diadakan selama 18 jam dari pukul 06.00--24.00 WIB. Terdapat beragam agenda, diantaranya workshop, musik, musikalisasi puisi, pemutaran film, monolog, mini bazar buku karya W.S. Rendra, dan lingkaran doa. Karya-karya Rendra akan ditampilkan oleh para muridnya, baik masih pelajar maupun yang sudah profesional.