Aneka ragam jenis kupu-kupu yang lucu dengan warna warni elok dan memikat menyapa para pengunjung yang masuk ke Fragile Forest.
Mereka terbang bebas, hinggap ke sana ke mari. Akan tetapi, Anda tidak boleh menyentuh mereka karena kupu-kupu tergolong jenis binatang yang fragile. Sayapnya akan mudah rusak dan patah begitu dipegang.
"Jangan sentuh, nanti sayapnya patah. Awas kena racunnya juga," kata Natt Hanif, Senior Communication Wildlife Research Singapore.
Dia mendampingi para jurnalis dari Indonesia yang diundang mengunjungi Singapore Zoo pada 5-8 Agustus lalu.
Pengelola Singapore Zoo, ujar Natt, sengaja menyediakan area Fragile Forest untuk mengedukasi masyarakat soal hutan hujan.
Di sejumlah bagian di dunia hutan hujan banyak rusak ataupun dirusak karena kebakaran, pembalakan liar, dan pengalihan fungsi lahan.
Pengelola Singapore Zoo, sambungnya, memberikan edukasi dan berharap agar hutan hujan tidak dirusak dan turut menjaga kelestariannya.
Menurutnya, hewan yang ada di Fragile Forest merupakan hewan yang tinggal di hutan hujan. Akan tetapi, hewan yang ada di diseleksi agar bisa tinggal bersama dan tidak menyerang.
"Hal terpenting hewan yang ada di sini tidak akan menyerang pengunjung yang datang," ujar Natt.
Berjalan sedikit ke depan, kita disambut segerombolan burung dara bermakhota warna biru. Mereka berlalu lalang di hadapan pengunjung. Sekelompok bebek kecil pun ikut-ikutan nimbrung.
Pernah mendengar kisah legendaris kancil alias mousedeer. Mereka pun terlihat jinak bergerombol sambil menyantap makanan. Sesuai dengan namanya, binatang cerdik ini termasuk kecil alias perpaduan antara tikus dan kijang.
Segerombolan burung pun terbang rendah di atas kepala, seperti burung parot warna mereka. Mereka dekat tetapi tidak mau dipegang. Boleh dilihat tetapi jangan dipegang.
Sekitar 31 jenis hewan yang ada di area ini tidak dipisahkan oleh kandang. Mereka langsung terhubung dengan para pengunjung.
Para pengunjung bisa melihat dan mendekat semua satwa di Fragile Forest seolah tanpa jarak. yang sangat dekat. Area seluas 20.000 meter persegi ini dibentuk memutar dam menanjak sesuai dengan konsep hutan hujan.
Menengadah ke atas, pengunjung dapat melihat Malaya Flying Fox alias kalong berukuran relatif besar bergelantungan sambil menyantap buah.
Jika pengunjung mendekat, kalong berwarna hitam kuning terang itu tampak cuek. Mereka asyik makan buah-buahan. Satu hal yang menarik, mereka bergelantungan dan sering kencing karena makan buahan berair, seperti semangka.
Naik sedikit ke atas, pengunjung dapat melihat lemur ekor lingkaran alias hewan yang dikenal sebagai King Julian dalam film Madagaskar.
Di dekat pintu ke luar, sejumlah hewan jenis serangga langka dan aneh tampak nyaman di tempatnya. Ada kecoak tanpa sayap asal Madagaskar serta serangga penyamar yang menyerupai warna ranting pohon. Sepintas, kelihatan ranting pohon tetapi mereka adalah serangga berwarna cokelat.