Bisnis.com, JAKARTA--Anak dan bayi yang mengonsumsi susu kental manis sebagai pengganti susu bubuk atau ASI pada masa pertumbuhan akan mengalami resiko tinggi mengidap stunting.
Hal itu terjadi karena kental manis kurang cocok untuk perkembangan otak anak apabila dijadikan asupan utama pengganti susu tanpa memberikan asupan nutrisi lain.
Damayanti Rusli Sjarif, Divisi Nutrisi dan penyakit metabolik departemen IKA FKUI/RSCM Jakarta mengatakan susu kental manis tidak bisa disetarakan dengan susu sapi atau formula karena nutrisinya sangat berbeda.
“Kandungan protein pada susu kental manis hanya memiliki 1 gram atau 2% dari 140 kkal susu kental manis, apabila orangtua menggunakan SKM sebagai pengganti susu, maka anak akan kekurangan nutrisi dan berdampak pada pertumbuhan otak anak serta menyebabkan stunting,” tuturnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia, untuk protein bayi hingga enam bulan dibutuhkan sebanyak 12 gram sehari.
Kemudian, protein yang dibutuhkan oleh balita berkisar 18 – 35 gram sehari, serta kebutuhan anak-anak usia 5 – 11 tahun berkisar 49 – 56 gram sehari.
Polemik susu kental manis menjadi pembahasan publik setelah ditemukan sejumlah balita menderita gizi buruk akibat mengkonsumsi susu kental manis.
Satu diantaranya, balita asal Kendari meninggal dunia di usia 10 bulan. Ketidak tahuan masyarakat serta stigma yang sudah terbentuk pada masyarakat melalui cara beriklan produk SKM berdampak pada pengonsumsian produk sebagai susu yang dapat diberikan kepada anak.
Pembahan gambar nutrisi vitamin, dan sosok anak berseragam serta keluarga yang digambarkan meminum SKM yang diseduh pada segelas air dalam iklan SKM tanpa sadar memberikan pemahaman bahwa anak akan cerdas apabila mengonsumsi SKM sebagai ‘susu’, padahal tidak demikian.