Bisnis.com, JAKARTA - Seniman muda Indonesia tampaknya belum mendapat ruang aktualisasi yang memadai. Ruang dimaksud berupa infrastruktur bagi seni modern yang kini banyak digeluti generasi muda.
Indonesia memiliki bahan baku berupa keragaman budaya dan tradisi untuk mengembangkan seni. Namun, menurut seniman muda teater Yustiansyah Lesmana, bahan baku tidak akan menjadi sesuatu jika tak diolah dengan sungguh-sungguh.
Yustiansyah menyebutkan tampaknya dunia seni di Indonesia seperti jalan di tempat. Dimensi seni yang telah banyak berubah tidak difasilitasi dengan paripurna.
Di sisi lain, perkembangan zaman mengubah dan memperluas dimensi seni serta cara anak muda berkesenian. Idealnya, ruang-ruang seni dan perspektif mengenai pengembangannya pun ikut berubah.
Sementara itu, disebutkan Yustiansyah, di banyak negara keberadaan museum seni modern sebagai infrastruktur sudah menjadi jamak, museum di Indonesia masih dilihat sebagai ruang bagi seni yang bersifat artefak atau berbasis tradisi. Kondisi ini menjadi sorotan sejumlah seniman muda yang memandang bahwa potensi anak muda Indonesia saat ini belum menemukan wadah dan ruang aktualisasi yang cukup.
"Seni kemudian hanya berhenti di tradisi, selebihnya bagaimana memfasilitasi seni kontemporer atau seni modern Indonesia, itu yang belum disentuh," kata Yustiansyah saat berbincang dengan Bisnis.
Dari lima bentuk kesenian yakni film, seni rupa, musik, sastra dan tari, yang paling mumpuni secara infrastuktur adalah film dan musik. Itu pun dikembangkan swasta melalui rumah-rumah produksi serta label musik yang menggerakkan industri film dan musik itu sendiri.
Sedangkan seni rupa selama ini masih bisa ditopang oleh keberadaan kolektor, pihak swasta yang memiliki kesadaran akan pengembangan seni.
Secara garis besar Yustian melihat bahwa pemerintah belum memberi akses yang cukup bagi ketersediaan infrastuktur seni bagi anak muda. Tiga bentuk kesenian yang menurutnya perlu mendapat ruang lebih yakni sastra, teater, dan tari.
"Masyarakat tumbuh dan berubah, dimensi seninya juga berubah. Sekarang ada vlog, melukis di atas kaca, dan lain-lain. Perubahan yang terjadi di dunia seni itu belum tertampung, kerangka yang menaungi atau infrastrukturnya itu tidak jalan," ujar Yustian.